Allah

Selasa, 02 Agustus 2011

Beramal Sesuai Dengan Kemampuan


لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَصُومُ شَهْرًا، أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ، يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، وَكَانَ يَقُولُ : خُذُوا مِنْ الْعَمَلِ، مَا تُطِيقُونَ، فَإِنَّ اللَّهَ، لَا يَمَلُّ، حَتَّى تَمَلُّوا (صحيح البخاري)

Berkata Siti Aisyah ra: Belum pernah Nabi SAW berpuasa (puasa sunnah) di suatu bulan lebih banyak dari puasa beliau di bulan sya’ban, dan pernah beliau SAW berpuasa (sunnah) dibulan sya’ban keseluruhannya, (kecuali hari terakhir), dan beliau SAW bersabda: Beramallah dengan amal yang sesuai kemampuan kalian, maka sungguh Allah tiada pernah bosan, hingga kalian yang bosan” (Shahih Bukhari) 

ImageAssalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ وَاْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْحَمْدُلِلهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذَا اْلجَمْعِ اْلعَظِيْمِ
Limpahan puji ke hadirat Allah Swt Yang Maha Luhur, Yang Maha Mengundang kita hadir di dalam acara dan kemuliaan yang luhur ini, semoga Allah Memuliakan dan Meluhurkan setiap langkah kehidupan kita dhahir dan bathin kita, amal – amal kita dimuliakan hingga semakin terluhurkan sepanjang hidup kita hingga kita wafat dalam puncak keluhuran, berjumpa dengan Rabbul ‘Alamin di hari kiamat di dalam puncak kemuliaan sebagai tamu yang dimuliakan Allah, sebagaimana malam ini kita hadir sebagai tamu Allah, tamu kehormatan yang dimuliakan Allah maka semoga kelak di yaumal qiyamah nama kita dipanggil satu per satu sebagai tamu kehormatan Allah, tamu kehormatan Rabbul ‘Alamin Swt. Semoga cahaya menerangi sanubari kita, semoga cahaya menerangi hari – hari kita, cahaya kenikmatan, cahaya kebahagiaan, cahaya keluhuran, cahaya kesucian, cahaya ucapan, cahaya penglihatan, cahaya pendengaran, cahaya dalam setiap nafas kita dan setiap apa – apa yang kita lakukan Allah berikan cahaya keberkahan, cahaya kemuliaan, cahaya kesucian, cahaya pengampunan, Ya Rahman Ya Rahiim. Malam – malam terakhir di bulan sya’ban yang luhur berhadapan dengan bulan ramadhan bulan yang terluhur. Raja dari semua bulan yaitu Bulan Ramadhan.
Sampailah kita pada hadits mulia ini bahwa diriwayatkan oleh Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu Radhiyallau ‘anha anha wa ardhaha bahwa “belum pernah Nabi Saw melakukan puasa, puasa sunnah lebih banyak dari bulan sya’ban bahkan pernah beliau melakukannya sebulan semuanya di bulan sya’ban”. Namun maksudnya adalah sebagian besar daripada bulan sya’ban, demikian dijelaskan oleh Imam Ibn Hajar Al Atsqalani didalam Fathul Baari bi syarah Shahih Bukhari, makna sya’ban kullahu adalah sya’ban aktsarahu, jadi sebagian besar daripada bulan sya’ban Rasul Saw berpuasa. Namun ada juga Imam Ibn Hajar mengatakan bahwa Rasul betul – betul berpuasa seluruh bulan sya’ban kecuali hari terakhirnya yaitu hari syak hari penghujung bulan sya’ban memasuki bulan ramadhan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Terdapat 2 pendapat di dalam puasa di bulan sya’ban di setengah yang kedua setelah nisfu sya’ban, sebagian ulama mengatakannya makruh. Namun dengan riwayat ini dan juga para Imam – Imam pendahulu kita para shalafus-shalih, mereka memperbanyak puasa bahkan ada diantara mereka dimulai dari bulan rajab sudah berpuasa. Rajab, sya’ban, ramadhan tidak berhenti puasanya kecuali di hari syak yaitu hari terakhir di bulan sya’ban. Kenapa mereka sebagian memakruhkan puasa di setengah bulan sya’ban yang terakhir, 15 sya’ban setelah nisfu sya’ban? karena sebagian Imam menjelaskan di hari – hari itu justru kita tidak berpuasa sunnah supaya ramadhannya lebih terasa, namun itu di masa mereka. Di masa mereka itu ibadah puasa itu sangat ringan terasanya maka dibiarkan sya’ban berpuasa setengah bulan saja, maka mulai awal ramadhan terasa kembali lapar dan hausnya hingga terasa puasanya. Berbeda dengan kita, Di masa kini, yang saat kita lemah barangkali sebagian dari muslimin bahkan sebagian besar muslimin lemah dari beribadah puasa dan kuat berbuat dosa, justru layaknya memperbanyak juga puasa di bulan sya’ban untuk mempermudah puasanya di bulan ramadhan. Karena kalau puasa sya’ban setengah hari tidak kuat bisa batal karena puasa sunnah bukan puasa yang wajib. Namun ketika sudah masuk bulan ramadhan, ia sudah terbiasa dengan puasa di bulan sya’ban maka hal itulah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw sebagaimana dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Atsqalani bahwa Rasul memperbanyak puasa di bulan sya’ban, karena bulan sya’ban ini bulan tengah antara awal bulan rajab dan bulan ramadhan banyak orang ghaflah (lalai) di bulan sya’ban. Demikian dijelaskan Al Imam Ibn Hajar maka Rasul justru memperbanyak ibadah di malam itu, di malam – malam bulan sya’ban dan memperbanyak puasa di bulan sya’ban.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Di hadapan kita bulan terluhur yang setiap pahala ditambahkan 700x lipat. Setiap pahalanya dilipatgandakan 700x lipat bahkan lebih. Dijelaskan oleh Hujjatul Islam wabarakatul anaam Al Imam Nawawi alaihi rahmatullah bahwa puasa ramadhan adalah salah satu amal yang dilipatgandakan padanya 700x lipat bahkan lebih untuk ibadah selain puasanya di bulan ramadhan. Kalau ibadah puasanya tidak ada hitungannya, sudah melebihi daripada itu karena Allah Swt telah menjelaskan langsung di dalam firman-Nya 

الصِّيَامُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِه

“bahwa puasa itu adalah untuk-Ku (Allah) dan Aku akan membalasnya langsung”.
Maka hadirin – hadirat, tanpa perhitungan 700x lipat lebih dari itu. Setiap detik selain ibadah puasanya, tidak dibayangkan besarnya pahala seperti apa puasa itu. Selain itu setiap detik ibadah kita 700x lipat atau lebih karena hadits shahih bukhari dan shahih Muslim dan lainnya menjelaskan itu, hujjatul islam imam nawawi mengatakan 10x sampai 700x lipat atau lebih. Namun Al Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang 700x lipat itu kapan? diantaranya di bulan ramadhan kalau secara waktu, kalau secara tempat diantaranya Masjidil Haram atau di majelis – majelis dzikir seperti sekarang ini, seperti saat ini tidak mustahil sekali seakan – akan 700x lipat atau lebih karena di dalam perkumpulan yang penuh keberkahan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Bisa kita bayangkan setiap kali ibadah kita dikalikan 700x lipat. Kita tidak tau apakah ramadhan yang akan datang masih akan kita temui atau ini adalah ramadhan terakhir bagi kehidupan kita. Maka oleh sebab itu perbanyaklah ibadah semampu kita sebagaimana hadits yang diteruskan oleh Rasul Saw bersabda riwayat Sayyidatuna Aisyah “beramal lah sebagaimana kemampuan kalian”. Jangan memaksakan diri, sekedar saja sesuai kemampuan kalian.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَمَلُّ، حَتَّى تَمَلُّوا

“Sungguh Allah Swt itu tidak pernah bosan sampai kalian sendiri yang bosan”. (HR. Shahih Bukhari), Allah Swt nggak ada bosannya.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Oleh sebab itu fahamilah bahwa di dalam rahasia kemuliaan ibadah itu berbuatlah semampunya dan seindahnya. Jangan berbuat ibadah itu semampunya tetapi kita tidak berbuat semampunya malah berbuat semaunya. Nah, kalau semampunya layaknya membuat ibadah itu seindah – indahnya dan semampu kita. Allah tidak memaksakan lebih daripada kemampuan kita. Lalu Rasul Saw bersabda 

اِكْلِفُوْا مِنَ اْلأَعْمَالِ مَا تُطِيْقُوْنَ
(رواه البخاري)
“paksa dirimu sampai batas kemampuan”. (HR. Shahih Bukhari)
Maksudnya apa? Jhal ini penjelas dari lihat firman Allah swt
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا (البقرة :٢٨٦ )

“Tiadalah Allah Swt memaksa seorang manusia itu melebihi kemampuannya”. (QS. Al Baqarah : 286)
Tidak demikian hadirin untuk bermalas – malasan, jangan sampai hal itu terjadi, justru dijadikan Rasul Saw bersabda paksa dirimu sampai batas kemampuanmu. Kalau sudah sampai batas kemampuan itu tidak mampu lagi maka jangan paksakan lebih dari itu.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Sebagian dari kita justru memaksakan diri dalam hal – hal yang bersifat fana, namun tidak memaksakan diri dalam hal – hal yang bersifat abadi. Diriwayatkan didalam satu riwayat yang tsiqah (riqYt yg kuT Dasarnya) ketika seseorang diberi ada sayembara dimana orang yang punya tanah yang sangat luas, ia berkata “aku berikan tanah ini pada siapa saja yang ia pergi mulai terbitnya fajr (subuh) dan ia sudah kembali sebelum terbenam matahari”, sejarak yang ia tempuh ujungnya, tanah itu miliknya. Silahkan ambil! Maka orang pun berduyun – duyun, salah satu diantaranya dengan sigapnya ia mulai berangkat dari mulai terbitnya fajr ia berlari dengan sekencang – kencangnya, belum sampai beberapa 1 jam baru mencapai waktu isyraq ia sudah terengah – engah namun ia paksakan dirinya terus, karena apa? ini makin terik banyak tanahnya yang harus ia capai ia dapatkan maka ia terus memaksa dirinya akhirnya keberatan dengan bawaannya, makanan dan minuman pun ia tinggalkan, ia teruskan lagi dan tidak kembali lagi ditaruh makanan dan minuman ini maka ia tinggalkan. Sampai waktu dhuha ia sudah kelelahan, sampai waktu dhuhur ia sudah berjalan perlahan – lahan namun ia masih terus memaksakan dan ia harus kembali mencapai jalan yang ia sudah lewati dengan berlari, berjalan cepat sampai berjalan sampai sudah tengah hari ia mencapai jalan pulang dan belum sampai tempatnya ia sudah terjatuh dan ia merangkak memaksakan dirinya untuk mencapai waktu terbenamnya matahari di tempat ia mulai, namun belum sampai ke tempatnya ia sudah wafat kelelahannya maka yang ia dapatkan hanya tanah 1 x 2 meter untuk makamnya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, hal seperti ini teriwayatkan dan jangan sampai kita terjebak di dalamnya.
Rahasia kemuliaan ibadah ditawarkan sedemikian 700x lipat dalam setiap satu ibadah, sekali kau bersujud terhitung 700x sujud, sekali kau memuji Subhanallah atau berdzikir dikalikan 700x atau lebih, betapa agungnya!. Namun hadirin – hadirat, ada juga beberapa pahala yang perlu kita pahami didalam rahasia kemuliaan bulan sujud ini. Bulan ramadhan itu kalau kita hitung dengan perhitungan witir dan ba’diyah isyanya 1500x sujudnya, karena kalau 20 rakaat berarti 40x sujud dalam setiap malamnya. 1 bulan kalau 30 hari 1500x, tambah witir 3 rakaat kalikan 30 kalikan 2, karena setiap 1 rakaat 2x sujud tambah ba’diyah isyanya 2 rakaat kalikan 30 hari kalikan 2 setiap rakaatnya, jumlahnya 1500x sujud. Hanya ba’diyah isya, sholat tarawih, dan sholat witir. Hadirin, ba’diyah isya, sholat tarawih, dan sholat witir 3 rakaat, ini semua sudah 1500x sujud. Itu sholat malam kita. Hadirin – hadirat, dan salah satu malamnya sudah tersirat malam lailatul qadr. Hadirin – hadirat, terangi malam itu dengan kemuliaan malam seribu bulan, di bulan ramadhan itu berapa banyak rahasia kemuliaan dari keberkahan yang Allah berikan kepada hamba – hamba Nya berupa kemudahan khususnya bagi para pecinta Sayyidina Muhammad Saw. Kejadian Badr Al Kubra kejadiannya di bulan ramadhan, kejadian Fatah Makkah dimana Makkah Al Mukarramah dikembalikan ke dalam iman ke dalam islam diruntuhkan 360 patung – patung quraisy berhala – berhalanya. Ka’bah dibersihkan dari 360 patungnya hal itu kejadiannya juga di bulan ramadhan. Dan di bulan ramadhan juga kejadian yang sangat agung yang sudah kita kenal yaitu Nuzulul Qur’an (turunnya alqur’anul karim) di bulan ramadhan juga dan kejadian yang lain malam lailatul qadr.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian agungnya bulan yang sangat suci dan luhur ini maka muliakanlah semulia – mulianya ajakan Allah Swt. Didalam syarat orang – orang yang wajib berpuasa atau puasa, ada 5 syarat yaitu: Yang pertama Islam, sudah jelas. Kalau seandainya ia non muslim tidak perlu berpuasa ramadhan. Hadirin – hadirat, lalu bagaimana bila ia seorang yang murtad (sudah muslim keluar dari islam) lalu kembali lagi (ke islam lagi) maka ia wajib meng qadha puasa ramadhannya yang ia lewati karena ia sudah keluar islam di satu masa lalu ia murtad lalu ia kembali di satu masa dan ia wajib meng qadhanya. Yang kedua Aqil dan Baligh. Berakal dan baligh (baligh adalah orang yang sudah mencapai usia baligh). Berakal disini tentunya lepas dari orang – orang yang tidak waras. Orang yang tidak waras tidak wajib berpuasa, namun jika ketidakwarasannya itu sembuh maka ia mengganti dengan meng qadhanya. Kalau ia pingsan, tidak disebut tidak waras. Yang ketiga adalah Kemampuan, yang mampu melakukan puasa yaitu siapa? ada orang – orang yang menyusui atau orang – orang yang hamil tidak mampu berpuasa, atau orang – orang yang haram, haram itu sudah lanjut usia dan tidak mampu berpuasa maka tidak diwajibkan bagi mereka berpuasa. Yang keempat Kesehatan, kalau ia sehat termasuk padanya orang yang suci dari haidh dan nifas, ini masuk kepada yang mampu. Kalau ia dalam keadaan haidh ataupun nifas maka ia tidak berpuasa ramadhan namun ia meng qadhanya di waktu lainnya. Selanjutnya masalah sehat, kalau seandainya ia sakit dan dirisaukan akan membawa mudharat atau bahaya bagi dirinya jika ia paksakan berpuasa maka ia hendaknya berbuka lalu meng qadhanya di hari lainnya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, demikian dan jika ia tidak waras atau ia pingsan. Kalau pingsan membatalkan puasa maka ia wajib meng qadhanya, kalau ia tidak waras lalu sembuh maka hendaknya ia meng qadhanya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, lalu yang terakhir adalah wajib berpuasa bagi orang yang tinggal di tempat tinggalnya, bukan dalam keadaan perjalanan. Kalau perjalanan melebihi marhalatain (yaitu perjalanan 82 kilometer) maka ia boleh melakukan buka puasanya namun hendaknya ia keluar dari wilayahnya sebelum terbitnya waktu subuh, sebelum subuh sudah keluar, dari Jakarta misalnya menuju bandung, gimana kalau di perjalanan bib, boleh nggak? ya kalau tujuannya melebihi 82km, maka ia kalau safar menuju jarak lebih dari 82km maka mulai ia keluar dari tempat / wilayahnya, maka ia sudah boleh buka jika mau, karena tujuannya menxapai 82km, walau ia baru mencapai beberpa km saja, namun yg dijadikan acuan hukum adalah jarak tujuannya, maka walau belum mencapai 82 km ia sudah boleh buka puasa untuk perjalanan 82 km nya atau lebih, kalau kita safar dan keluar dari wilayahnya sudah mencapai waktu fajarm mnaka tak dibelohkan ia buka hari itu, walau jaraknya 82km, maka boleh buka pada hari esoknya jika safar masih berlanjut. Kalau sudah sampai di tempatnya ke tempat tujuannya sudah sampai maka selesai sudah masanya, nggak boleh lagi kita berbuka puasa, kita harus melanjutkan puasanya. Kecuali ia niat tinggal di tujuannya maksimal 6 hari, maka ia termasuk bileh buka, asal jangan melebihinya, Demikian saudara – saudariku yang kumuliakan.
Lalu bagaimana dengan qadha puasanya? Banyak sekali ditanyakan. Wanita yang menyusui lalu batal puasanya sama hukumnya dengan wanita yang hamil. Hukumnya sama, bagaimana? kalau ia batal itu sebab kelemahan dirinya karena risau akan keselamatan dirinya maka ia batal, ia hanya meng qadha puasanya saja. Tapi kalau karena janinnya atau ia menyusui karena bayinya bukan karena dirinya atau karena keselamatan janinnya maka ia meng qadha ditambah setiap hari sekali karena ia tidak puasa maka qadha (misalnya 5 hari atau 10 hari) ia meng qadha ditambah setiap harinya sedekah 1 mud fidyah. 1 mud itu berapa perhitungannya? Perhitungan 1 mud itu seperti 12 mud itu sama dengan 10 liter, jadi kira – kira 4 mud itu 3,5 liter, gampangnya begitu. 12 mud sama dengan 10 liter, itu fidyah. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, hal – hal seperti itu layak kita ketahui karena barangkali kita melewati kejadian seperti itu atau barangkali diantara kita ada yang tanya atau keluarganya atau kerabatnya menyangkut masalah itu. Hal – hal yang terjadi tanpa disengaja tidak membatalkan puasa. Muntah nggak sengaja tidak membatalkan puasa, itu sudah kita bahas. Lalu keluar darah mimisan juga tidak membatalkan puasa. Yang membatalkan puasa itu suntikan apabila ia masuk ke syaraf, di tangan tapi ke syaraf, itu syaraf mengalirkan darah masuk ke jantung, itu membatalkan. Segala sesuatu yang masuk dengan sengaja ke al jauf. Jauf adalah yang dibawah leher dan diatas pinggang, pinggang ke atas sampai ke leher itu disebut al jauf. Masuk kesitu maka membatalkan puasa. Untuk suntikan kalau ia dibius lokal untuk wilayah lokal saja maka tidak membatalkan puasa tapi kalau masuk ke urat maka urat akan mengalirkan ke jantung masuk ke al jauf jadi membatalkan puasa. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, saya sebutkan dan juga sudah sering kita bahas.
Hal – hal selanjutnya akan kita bahas dan kita pahami bahwa rahasia kemuliaan puasa itu tersimpan di dalam setiap usia kita. Patut bagi kita untuk membuka dan memahaminya. Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, didalam rahasia kemuliaan ramadhan, Allah Swt berikan rahasia keagungan di malam lailatul qadr. Di malam yang luhur itulah Allah Swt menjadikan setiap ibadah yang beribadah di malam itu seakan pahalanya seribu bulan. Bukan detik sa’atul ijabah, lailatul qadr itu turun malaikat dimalam itu sampai terbitnya fajar, sampai naik fajr. Itu kemuliaan sa’atul ijabah terus saat itu sepanjang malam sampai subuh. Hadirin – hadirat, jadi bukan sedetik dua detik, tapi sepanjang malam. Cuma malamnya yang mana? sebagian mengatakan di 10 malam terakhir, ada yang mengatakan di malam – malam ganjil di 10 malam terakhir, ada yang mengatakan di malam pertama bulan ramadhan, ada yang mengatakan di malam terakhir bulan ramadhan, masing – masing punya pendapat. Ya sudah perbanyak saja ibadah setiap malamnya, pastikan salah satu malamnya kena. Siapa yang ibadah di malam itu dikalikan seribu bulan. Kalau tarawih setiap malam nggak lepas pasti salah satunya kena ke dalam malam yang kita lalui dikalikan seakan – akan seribu bulan. Nah di malam itu ada sa’atul ijabah, yaitu apa detik – detik dimana Allah Swt pasti mengabulkan doa hamba-Nya, apapun macamnya.
Sewaktu – waktu ada kejadian di Makkah, zaman kakek saya tinggal disana. Ini cerita – cerita orang – orang badui yang muslim, mereka suami istri jalan dengan onta. Masuk ke wilayah lembah dengan ontanya jalan kaki dengan onta. Dua – duanya orang awam/dusun, istrinya berkata “bagaimana kalau malam ini malam lailatul qadr dan kita kena pas saatnya ijabah, kamu mau apa?”, suaminya : “aku ingin tidak capek”, “kenapa?”, “kaki onta tinggi kalau kita berdiri”. Hadirin – hadirat, itu perutnya masih di atas kepala kita. “pendekkan kakinya”, seperti naga gitu, supaya apa? supaya mudah menaikinya, Begitu mengucap seperti itu tepat disaat sa’atul ijabah di malam lailatul qadr, maka seluruh ontanya menjadi pendek. Bingung dia cari ontanya lari – lari masuk ke semak – semak tidak kelihatan, karena pendek sudah seperti ular bentuknya. “Astaghfirullahal adzhim, ini gara – gara ucapanmu nggak bener”, kata istrinya. Suaminya bingung dan berkata : aku tidak menyangka akan begini sebab ucapanku, ontaku lari ke semak – semak tidak keliahatan sudah seperti ular ntidak ada kakinya, kakinya pendek sekali”.
Namun dijelaskan oleh para ulama kita memungkinkan bahwa lailatul qadr itu sa’atul ijabah bisa datang dua sampai tiga kali. Dan hadirin – hadirat, onta orang dusun itu yang satu kemana yang satu ke semak – semak yang satu masuk ke rumah berpencar dan tidak ketahuan keeradaannya kalau tidak ada kakinya onta kita itu”, tapi suaminya berkata “kalau seandainya ini malam lailatul qadr berulang – ulang lagi, aku minta dikembalikan semula lagi”, Subhanallah! Di waktu yang tepat. Itu cerita dari kakek saya. Maka kembalilah semua onta itu pada bentuk aslinya sebagaimana sebelum ia berdoa pertama kali, maka kembali adanya, maka berkata istrinya “kamu ini bagaimana?, doanya koq seperti inii, onta kita mau pendek mau tinggi, coba minta/doa yang lain tadi”, suaminya menjawab :“aku juga tidak tau, tadi bahwa ada saat ijabah lagi muncul kedua kalinya”.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Semoga Allah memberikan kita sa’atul ijabah, kita minta satu dua kali namun jadikan setiap detik adalah sa’atul ijabah, Ya Aziz semoga Allah Swt menjadikan hari – hari kita didalam kemuliaan dhahiran wa bathinan sepanjang waktu dan zaman.
Hadirin – hadirat, di malam ini kita akan membacakan fatihah untuk yang wafat yaitu beberapa nama yang wafat diantaranya adalah AlHabib Syauqi bin Syahab, usianya sepuh dan beliau seorang yang berjasa pada majelis rasululllah saw dalam masa perkembangannya dan beliau wafat pada beberapa hari yang lalu dan juga wafat AlHabib Salim bin alwi alhamid kebun nanas beberapa hari yang lalu. Demikian pula hb syaugi bin shahab, semoga Allah Swt memberikan maghfirah, diberikan keluasan di alam barzah dan semua yang kerabat dan sahabat kita yang wafat. Allahumma firlahum……ala hadziniyah wa kulli niyyatin sholihah wa ila hadrotin Nabi Muhammad saw,.alfatihah
Kita berdoa bersama – sama semoga kita selalu mendapatkan kesehatan dan afiah, Allah Swt tidak mewafatkan kita kecuali dalam keadaan husnul khatimah, kumpulkan kami bersama orang – orang yang mencintai Allah, jadikan kami orang – orang yang mencintai Nabi Muhammad Saw, orang yang paling ramah, orang yang paling sopan, orang yang paling indah budi pekertinya, orang yang paling berlemah lembut kepada siapapun, Nabi kita Muhammad SAW wa barak’alaih wa ‘ala alih.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Maka kita memohon kepada Rabbul ‘Alamin di malam selasa ini, di minggu terakhir bulan sya’ban ini, malam selasa yang akan datang kita masih tetap di masjid ini dan majelis ini tidak ada liburnya. Hadirin – hadirat yang masih bisa hadir silahkan hadir, kalau yang mudik semoga diberi keselamatan.
Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Mari kita bermunajat bersama, memohon kepada Allah Swt seluruh hajatmu, hadirkan apa yang kau inginkan, yang kau harapkan, Allah Maha Melihat dan Allah Maha Mendengar
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Katakanlah bersama – sama……..
يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ... يَا اللهْ يَا اَللهْ يَا اللهْ

Seluruh hajat kami, segala yang kami harapkan beri lebih dari yang kami minta, beri kami kebahagiaan, beri kami kemudahan, beri kami ketenangan, beri kami kesejahteraan dunia dan akhirat. Kau-lah Yang Maha Tunggal dalam Keabadian, Tunggal dan Abadi dalam Kesempurnaan, Tunggal dan Abadi dalam Keindahan, Tunggal dan Abadi dalam Kekuasaan, Tunggal dan Abadi dalam segala kejadian dan ketentuan, Tunggal dan Abadi dalam menguasai setiap nafas kita. Wahai Yang Maha Mengetahui berapa sisa nafas kami yang akan datang, jangan akhirkan sisa usia kami pada sia – sia, namun pada Kasih Sayang-Mu, pada Kelembutan-Mu, pada Pengampunan-Mu
Robbana dholamna anfusana wa ilam taghfirlana watarhamna lana kunanna minal khasirin….. (doa Nabi Adam) Jika Kau tidak mengasihani kami, tidak mengampuni kami, kami………….dalam segala waktu dunia dan akhirat
Di Majelis ini menjanjikan pengampunan-Mu 

ياَابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كاَنَ وَلاَ أُباَلِيْ

Wahai keturunan Adam jika kau berdoa dan berharap kepada-Ku, Ku-ampuni dosa – dosamu tanpa Ku-pertanyakan lagi, jika kau datang dengan membawa dosa setinggi langit lalu kau meminta pengampunan kepada-Ku, Ku-ampuni dosa – dosamu 

يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيْمُ...لَاإِلهَ إِلَّا الله... لَاإِلهَ إِلَّا الله... لَاإِلهَ إِلَّا الله... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Kita ucapkan marhaban minkum kepada guru kita Fadhilatul Syekh Ridwan Al Amri beliau bari kembali dari hadramaut, Tarim, menghadap Guru Mulia AlMusnid Al Arif Billah AlHabib Umar bin Salim bin Hafidh. Beliau kita doakan supaya dapat keberkahan, Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah, insyaAllah kita akan berjumpa lagi dengan beliau di malam – malam berikutnya. Selanjutnya qasidah yang mengingatkan kita kepada indahnya Nabi kita Muhammad Saw dan doa penutup oleh guru kita Fadhilatul Sayyid AlHabib Hud bin Muhammad Bagir Al Atthas. Tafadhol masykura

Senin, 01 Agustus 2011

Rabu, 15 Juni 2011

TERJEMAH KITAB SAFINATUN NAJAH


Safinah An-Najah 
Karangan Syaikh Salim Bin Samir
Hadromi

Madzhab Syafi’i
 

Pembuka
Bismillaahirrohmaanirrohiim
. Alhamdulillaahi Robbil ‘Aalamin . Wabihii Nasta’iinu ‘Alaa Umuuriddunyaa
Waddiini . Washollallaahu ‘Alaa Sayyidinaa Muhammadin Khootamannabiyyiina Wa
Aalihii Washohbihii Ajma’iina . Walaa Hawla Walaa Quwwata Illaa
Billaahil’aliyyil ‘Azhiim .


Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang .
Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam . Dan dengannya kami mohon
pertolongan atas segala urusan dunia dan agama . Dan Allah bersholawat atas
junjungan kita Muhammad penutup para Nabi dan atas keluarganya dan sahabatnya
semua . Dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha
Tinggi Maha Agung .


Rukun
Islam

Arkaanul
Islaami Khomsatun : Syahaadatu An Laa Ilaaha Illallaahu Wa Annna Muhammadan
Rosuulullaahi , Wa Iqoomushsholaati , Wa Iitaauzzakaati , Wa Shoumu Romadhoona
, Wa Hijjul Baiti Man Istathoo’a Ilaihi Sabiilan
.

Rukun-rukun Islam yaitu 5 : Bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah , dan Mendirikan Sholat , dan
Memberikan Zakat , dan Puasa Bulan Romadhon , dan Pergi Haji bagi yg mampu
kepadanya berjalan .

Rukun Iman
Arkaanul
Iimaani Sittatun : An Tu’mina Billaahi , Wa Malaaikatihii , Wa Kutubihii , Wa
Rusulihii , Walyaumil Aakhiri , Wabilqodari Khoyrihi Wasyarrihi Minalaahi
Ta’aalaa
.

Rukun-rukun Iman yaitu 6 : Bahwa engkau beriman dengan
Allah , dan para Malaikatnya , dan kitab-kitabnya , dan para Rosulnya , dan
hari akhir , dan taqdir baiknya dan taqdir buruknya dari Allah Ta’ala .

Syahadat
Wama’naa Laa Ilaaha Illallaahu Laa Ma’buda Bihaqqin Fil
Wujuudi Illallaahu .

Dan makna kalimat La Ilaha Illallahu yaitu tidak ada yg
disembah dengan sebenar-benarnya pada keadaan kecuali Allah .

Tanda-tanda
Baligh

‘Alaamaatul Buluughi Tsalaatsun : Tamaamu Khomsa ‘Asyaro
Sanatan Fidzdzakari Wal Untsaa , Wal Ihtilaamu Fidzdzakari Wal Untsaa Litis’i
Siniina , Wal Haidhu Fil Untsaa Litis’i Siniina .

Tanda-tanda Baligh yaitu 3 : Sempurna umurnya 15 tahun pada
laki-laki dan perempuan , dan mimpi pada laki-laki dan perempuan bagi umur 9
tahun , dan dapat haid pada perempuan bagi umur 9 tahun .

Syarat
Istinja

Syuruuthul Istinjaai Bilhajari Tsamaaniyatun : An Yakuuna
Bitsalaatsati Ahjaarin , Wa An Yunqiya Al-Mahalla , Wa An Laa Yajiffa An-Najisu
, Walaa Yantaqila , Walaa Yathroa ‘Alaihi Aakhoru , Walaa Yujaawiza Shofhatahu
Wahasyafatahu , Walaa Yushiibahu Maaun , Wa An Laa Takuuna Al-Ahjaaru
Thoohirotan
.
Syarat-syarat Istinja dengan batu yaitu 8 : Bahwa adalah
orang yg berisitinja itu dengan 3 batu , dan bahwa ia membersihkan tempat
keluarnya najis , dan bahwa tidak kering najisnya itu , dan tidak berpindah
najisnya itu , dan tidak datang atasnya oleh najis yg lain , dan jangan
melampaui najisnya itu akan shofhahnya dan hasyafahnya , dan jangan mengenai
najis itu akan ia oleh air , dan bahwa adalah batunya itu suci .

Fardhu
Wudhu

Furuudh Al-Wudhuui Sittatun : Al-Awwalu Anniyyatu ,
Ats-Tsaani Ghoslu Al-Wajhi , Ats-Tsaalitsu Ghoslu Al-Yadaini Ma’a Al-Mirfaqoini
, Ar-Roobi’u Mashu Syaiin Min Ar-Ro’si , Al-Khoomisu Ghoslu Ar-Rijlaini Ilaa
Al-Ka’baini , As-Saadisu At-Tartiibu
.
Fardhu-fardhu Wudhu yaitu 6 : Yang pertama Niat , yg kedua
membasuh wajah , yg ketiga membasuh 2 tangan beserta 2 sikut , yg keempat menyapu
sebagian dari kepala , yg kelima membasuh 2 kaki sampai 2 mata kaki , yg keenam
tertib .

Niat
Dalam Wudhu

Wanniyyatu Qoshdu Asy-Syaii Muqtarinan Bifi’lihi . Wa
Mahalluhaa Al-Qolbu . Wattalaffuzhu Bihaa Sunnatun . Wa Waqtuhaa ‘Inda Ghosli
Awwali Juz’in Minal wajhi . Wattartiibu An Laa Tuqoddima ‘Udhwan ‘Alaa ‘Udhwin
.

Dan niat
yaitu memaksudkan sesuatau berbarengan dengan perbuatannya . Dan tempat niat
adalah hati . Dan melafazkan dengannya adalah sunah . Dan waktunya ketika
membasuh awal bagian daripada wajah . Dan tertib yaitu bahwa tidak didahului
satu anggota atasa anggota yg lain .

Air
Untuk Bersuci

Walmaau Qoliilun Wa Katsiirun . Al-Qoliilu Maa Duunal
Qullataini . Walkatsiiru Qullataani Fa Aktsaru
 
Dan air itu yaitu sedikit dan banyak . Yang sedikit adalah
air yg kurang dari 2 kullah . Dan yang banyak yaitu 2 kullah atau lebih .

2 Kullah bila diukur dengan liter yaitu 216 liter kurang lebih , bila
diukur wadahnya yaitu 60 cm X 60 cm x 60 cm . Air yg kurang dari 2 kullah
menjadi musta’mal bila terciprat air bekas bersuci yaitu bila terciprat air
basuhan yg pertama karna basuhan yg pertamalah yg wajib . Adapun bila air itu
kurang dari 2 kullah maka lebih baik dicedok dengan gayung jangan dikobok .
Demikianlah jawaban kami , semoga Anda dapat memahaminya . Wallahu Yahdi Ila
Sawaissabil .


Al-Qoliilu Yatanajjasu Biwuquu’innajaasati Fiihi Wain Lam
Yataghoyyar .

Dan air yg sedikit menjadi najis ia dengan kejatuhan najis
padanya walaupun tidak berubah rasa , warna , dan baunya .

Walkatsiiru Laa Yatanajjasu Illaa Idzaa Taghoyyaro
Tho’muhu , Aw Lawnuhu , Aw Riihuhu .

Dan air
yg banyak tidaklah ia menjadi najis kecuali jika berubah rasa , atau warnanya ,
atau baunya .

Tetang
Mandi Wajib

Muujibaatul Ghusli Sittatun : Iilaajul Hasyafati Fil
Farji , Wakhuruujul Maniyyi , Wal Haidhu , Wannifaasu , Wal Wilaadatu , Wal
Mautu
.
Segala yg mewajibkan mandi yaitu 6 : Memasukkan Hasyafah
pada Farji , dan keluar mani , dan haidh , dan nifas , dan wiladah , dan mati .

Furuudhul Ghusli Itsnaani : Anniyyatu , Wata’miimul
Badani Bil Maa’i
.
Fardhu-fardhu mandi yaitu 2 : Niat , dan meratakan badan
dengan air .

Wudhu
Syuruuthul Wudhuui ‘Asyarotun : Al-Islamu , Wattamyiizu ,
Wannaqoou ‘Anil Haidhi Wannifaasi Wa’an Maa Yamna’u Wushuulal Maai Ilal
Basyaroti , Wa An Laa Yakuuna ‘Alal ‘Udhwi Maa Yughoyyirul Maa-a , Wal’ilmu
Bifardhiyyatihi , Wa An Laa Ya’taqida Fardhon Min Furuudhihi Sunnatan , Wal
Maau Ath-Thohuuru , Wadukhuulul Waqti , Wal Muwaalatu Lidaaimil Hadatsi .
 
Syarat-syarat Wudhu yaitu 10 : Islam ,Tamyiz , dan suci
dari haid dan nifas dan dari sesuatu yg mencegah sampainya air kepada kulit ,
dan bahwa tidak ada atas anggota oleh sesuatu yg mengubah air , dan mengetahui
dengan segala fardhunya , dan bahwa ia tidak mengi’tiqodkan akan fardhu daripada
fardhu-fardhunya sebagai sunat , dan air yg suci , dan masuk waktu , dan
berturut-turut bagi orang yg senantiasa berhadas .

Nawaaqidul Wudhuui Arba’atu Asyyaa-a : Al-Awwalu
Al-Khooriju Min Ihdassabilaini Minal Qubuli Wadduuri Riihun Aw Ghoyruhu Illal
Maniyya , Ats-Tsaani Zawaalul ‘Aqli Binaumin Aw Ghoyrihi Illaa Nauma Qoo’idin
Mumakkanin Maq’adahu Minal Ardhi , Ats-Tsaalitsu Iltiqoou Basyarotai Rojulin
Wamroatin Kabiiroini Ajnabiyyaini Min Ghoyri Haailin , Ar-Roobi’u Massu Qubulil
Aadamiyyi Aw Halqoti Duburihi Bibathnil Kaffi Aw Buthuunil Ashoobi’i .


Segala yg membatalkan wudhu yaitu 4 perkara : Yang pertama
yang keluar daripada salah satu dari 2 jalan daripada kubul dan dubur angin
atau selainnya kecuali air mani , yg kedua hilang akal dengan sebab tidur atau
selainnya kecuali tidurnya orang yg duduk yg menetapkan punggungnya daripada
bumi , yg ketiga bertemunya 2 kulit laki-laki dan perempuan besar keduanya
orang lain keduanya dari tanpa dinding , yg keempat menyentuh kubul manusia
atau bulatan duburnya dengan telapak tangan atau perut jari-jari


Larangan Bagi Orang yang
Batal Wudhu, Junub, Haid

Man Intaqodho wudhuu-uhu Haruma ‘Alaihi ‘Arba’atu Asyyaaa
: Ash-Sholaatu , Wath-Thowaafu , Wamassul Mush-hafi , Wahamluhu .

Orang yg
batal wudhunya haram atasnya 4 perkara : Sholat , dan Thowaf , dan menyentuh
AlQur-an , dan membawanya .

Wayahrumu ‘Alal
Junubi Sittatu Asyyaa-a : Ash-Sholaatu , Wath-Thowaafu , Wamassul Mush-hafi ,
Wahamluhu , Wallubtsu Fil Masjidi , Waqirooatul Qur-aani Biqoshdil Qur-aani .

Dan haram atas orang yg junub 6 perkara
: Sholat , dan Thowaf , dan menyentuh Al-Quran , dan membawanya , dan berdiam
diri di Masjid , dan membaca AlQur-an dengan maksud baca AlQur-an


Wayahrumu
Bilhaidhi ‘Asyarotu Asyyaa-a : Ash-Sholaatu , Wath-Thowaafu , Wamassul
Mush-hafi , Wahamluhu , Wallubtsu Fil Masjidi , Waqirooatul Qur-aani Biqoshdil
Qur-aani , Wash-Shoumu , Wath-Tholaaqu , Walmuruuru Fil Masjidi In Khoofat
Talwiitsahu , Wal Istimnaa’u Bimaa Bainassurroti Warrukbati

Dan haram dengan sebab haid 10 perkara : Sholat , dan
Thowaf , dan menyentuh AlQur-an , dan membawanya , dan berdiam diri di Masjid ,
dan membaca AlQur-an dengan qoshod Qur-an , dan puasa , dan talak , dan
berjalan di dalam Masjid jika ia takut menyamarkannya , dan bersedap-sedap
dengan sesuatu yg antara pusat dan lutut


Asbaabuttayammumi
Tsalaatsatun : Faqdul Maa-i , Walmarodhu , Wal Ihtiyaaju Ilaihi Li’athosyi
Hayawaanin Muhtaromin .

Tayamum
Sebab-sebab tayammum yaitu 3 : Ketiadaan air , dan sakit , dan berhajat
kepadanya untuk minum binatang yg dihormati .


Waghoyrul
Muhtaromi Sittatun : Taarikush-Sholaati , Wazzaanil Muhshonu , Walmurtaddu ,
Walkaafirul Harbiyyu , Walkalbul ‘Aquuru , Walkhinziiru .

Dan selain yg dihormati yaitu 6 : Orang yg meninggalkan
sholat , dan pezina muhshon , dan orang yg murtad , dan kafir harbi , dan
anjing galak , dan babi .

Syuruuthu
At-Tayammumi ‘Asyarotun : An Yakuuna Bituroobin , Wa An Yakuunatturoobu
Thoohiron , Wa An Laa Yakuuna Musta’malan , Wa An Laa Yukhoolithuhu Daqiiqun
Wanahwuhu , Wa An Yaqshidahu , Wa An Yamsaha Wajhahu Wayadaihi Bidorbataini ,
Wa An Yuziilannajaasata Awwalan , Wa An Yajtahida Fil Qiblati Qoblahu , Wa An
Yakuunattayammumu Ba’da Dukhuulil Waqti , Wa An Yatayammama Likulli Fardhin .


Syarat-syarat tayammum yaitu 10 : Bahwa adalah ia
bertayammum dengan debu , dan bahwa adalah debunya itu suci , dan bahwa tidak
adalah debunya itu musta’mal , dan bahwa tidak bercampur debunya itu oleh
tepung , dan bahwa ia sengaja bertayammum , dan bahwa ia menyapu mukanya dan
dua tangannya dengan 2 kali , dan bahwa ia menghilangkan najis pada
permulaannya , dan bahwa ia berijtihad pada kiblat sebelumnya tayammum , dan
bahwa adalah tayammumnya itu setelah masuk


Furuudhuttayammumi
Khomsatun : Al-Awwalu Naqlutturoobi , Ats-Tsaani Anniyyatu , Ats-Tsaalitsu
Mashul Wajhi , Ar-Roobi’u Mashul Yadaini Ilal Mirfaqoini Al-Khoomisu
At-Tartiibu Bainal Mashataini .


Fardhu-fardhu tayammum yaitu 5 : Yang pertama memindahkan
debu , yg kedua niat , yg ketiga menyapu wajah , yg keeempat menyapu 2 tangan
sampai 2 sikut , yg kelima tertib diantara 2 sapuan .

 Mubthilaatuttayammumi
Tsalatsatun : Maa Abtholal Wudhuu-a , Warriddatu , Watawahhumul Maa-i In
Yatayammama Lifaqdihi .


Segala yg membatalkan tayammum yaitu 3 : Apa-apa yg
membatalkan wudhu , dan murtad , dan menyangka ia akan ada air jika ia
bertayammum karena ketiadaan air


Najis
Alladzii
Yathhuru Minannajaasaati Tsalaatsatun : Al-Khomru Idzaa Takhollalat Binafsiha ,
Wajildul Maytati Idzaa Dubigho , Wa Maa Shooro Hayawaanan .


Yang suci daripada segala najis yaitu 3 : Khomr apabila
jadi cuka dengan sendirinya , dan kulit bangkai apabila disamak , dan apa-apa
yg jadi binatang .


Annajaasaatu
Tsalaatsun : Mughollazhotun
,
Wa
Mukhoffafatun
,
Wa
Mutawassithotun . Wal Mughollazhotu
Najaasatul Kalbi Wal Khinzhiiri Wafar’i Ahadihima . Wal Mukhoffafatu
Baulushshobiyyi Alladzii Lam Yath’am Ghoyrollabani Walam Yablughil Haulaini .
wal Mutawassithotu Saairunnajaasaati
.

Segala najis yaitu 3 : Najis berat , dan najis ringan ,
dan najis sedang . Dan najis berat yaitu najis anjing dan babi dan anak-anak
dari salah satu keduanya . Dan najis ringan yaitu kencing anak kecil yang tidak
makan selain air susu dan belum sampai umurnya 2 tahun . Dan najis sedang yaitu
semua najis .


Al-Mughollazhotu
Tathhuru Bighoslihaa Sab’an Ba’da Izaalati ‘Ainihaa Ihdaahunna Bituroobin . Wal
Mukhoffafatu Tathhuru Birosysyil Maa-i ‘Alaihaa Ma’al Gholabati Waizaalati
‘Ainihaa .

Najis Mughollazhoh atau berat suci ia dengan
membasuhnya 7 kali sesudah menghilangkan dzatnya salah satunya dengan tanah .
Dan najis Mukhoffafah atau ringan suci ia dengan memercikkan air diatasnya
serta rata dan sudah hilang dzatnya


Wal
Mutawassithotu Tanqosimu Ilaa Qismaini : ‘ Ainiyyatun
Wa
Hukmiyyatun . Al’Ainiyyatu
Allatii Lahaa Launun Wa
Riihun
Wa
Tho’mun Falaa Budda Min Izaalati Launihaa Wa
Riihahaa
Wa
Tho’mihaa
.

Dan najis Mutawassithoh atau najis sedang terbagi kepada 2
bagian : ‘Ainiyyah dan Hukmiyyah . Adapun ‘ainiyyah yaitu sesuatu yg baginya ada
warna dan bau dan rasa maka tidak boleh tidak dari menghilangkan warnanya dan
baunya dan rasanya .

Wal Hukmiyyatu Allatii Laa Launa Walaa Riiha Walaa Tho’ma
Kafaa Jaryul Maa-i ‘Alaihaa .

Dan
najis hukmiyyah yaitu yg tidak ada warna dan tidak ada bau dan tidak ada rasa
maka cukup mengalirkan air diatasnya .

Aqollul Haidhi Yaumun Wa Lailatun Wa Ghoolibuhu Sittun Aw
Sab’un Wa Aktsaruhu Khomsata ‘Asyaro Yauman Bilayaaliihaa .


Sekurang-kurangnya haid yaitu 1 hari 1 malam dan biasanya
6 atau 7 hari dan paling banyaknya 15 hari dan malamnya .


Wa Aqolluth-Thuhri Bainal Haidhotaini Khomsata ‘Asyaro
Yauman Walaa Hadda Liaktsarihi .


Dan sekurang-kurangnya suci antara 2 haid yaitu 15 hari
dan tidak ada batas untuk banyaknya .


Aqollun-Nifaasi Majjatun Wa Ghoolibuhu Arba’uuna Yauman
Wa Aktsaruhu Sittuuna Yauman .


Sekurang-kurangnya nifas yaitu sekali meludah dan biasanya
40 hari dan paling banyaknya 60 hari


A’dzaarush-Sholaati Itsnaani : An-Naumu Wannisyaanu 
Udzur-udzurnya sholat yaitu 2 : Tidur dan lupa
 
Syarat
Sholat
Syuruuthush-Sholaati Tsamaaniyyatun : Ath-Thohaarotu
‘Anil Hadatsaini Al-Ashghori Wal Akbari , Wath-Thohaarotu ‘Aninnajaasati
Fits-tsaubi Walbadani Wal Makaani , Wasatrul ‘Auroti , Wastiqbaalul Qiblati ,
Wadukhuulul Waqti , Wal’ilmu Bifardhiyyatihaa , Wa An Laa Ya’taqida Fardhon Min
Furuudhihaa Sunnatan , wajtinaabul Mubathilaati .

Syarat-syarat
sholat yaitu 8 : Suci dari 2 hadas yakni hadas kecil dan hadas besar , dan suci
dari segala najis pada pakaian dan badan dan tempat , dan menutup aurat , dan
menghadap kiblat , dan masuk waktu , dan mengetahui dengan fardhu-fardhunya ,
dan bahwa jangan ia beri’tiqod akan yg fardhu daripada fardhu-fardhu sholat
akan sunah , dan meninggalkan segala yg membatalkan sholat .

Al-Ahdatsu Itsnani : Ashghoru Wa Akbaru , Al-Ashghoru Maa
Awjabal Wudhuua Wal Akbaru Maa Awjabal Ghosla .


Hadas itu terbagi 2 : Hadas kecil dan hadas besar , hadas
kecil yaitu apa-apa yg mewajibkan wudhu sedangkan hadas besar yaitu apa-apa yg
mewajibkan mandi


Aurat
Al-’Aurootu Arba’un : ‘Auroturrojuli Muthlaqon Wal Amati
Fishsholaati Maa Bainassurroti Warrukbati , Wa ‘Aurotul Hurroti Fishsholaati
Jamii’u Badanihaa Maa Siwal wajhi Wal Kaffaini Wa ‘Aurotul Hurroti Wal Amati
‘Indal Ajaanibi Jamii’ul Badani Wa ‘Inda Mahaarimihaa Wannisaai Maa
Bainassurroti Warrukbati .


Segala aurat itu terbagi 4 : Aurat laki-laki di dalam dan
di luar sholat dan budak perempuan secara mutlak di dalam sholat yaitu apa-apa
yg diantara pusar dan lutut , dan aurat perempuan yg merdeka di dalam sholat
yaitu seluruh badannya selain wajah dan 2 telapak tangan , dan aurat perempuan
yg merdeka dan budak perempuan

disisi orang yg asing yaitu seluruh badan dan disisi
mahromnya dan sekalian perempuan yaitu apa-apa yg diantara pusar dan lutut .


Rukun
Solat

Arkaanushsholaati Sab’ata ‘Asyaro : Al-Awwalu Anniyyatu ,
Ats-Tsaani Takbiirotul Ihroomi , Ats-Tsaalitsu Al-Qiyaamu ‘Alal Qoodiri ,
Ar-Roobi’u Qirooatul Faatihati , Al-Khoomisu Ar-Rukuu’u , As-Saadisu
Aththuma’niinatu Fiihi , As-Saabi’u Al-’Itidaalu , Ats-Tsaaminu
Aththuma’niinatu Fiihi , At-Taasi’u Assujuudu Marrotaini , Al-’Aasyiru
Aththuma’niinatu Fiihi , Al-Haadi ‘Asyaro Aljuluusu Bainassajadataini ,

Ats-Tsaani ‘Asyaro Aththuma’niinatu Fiihi Ats-Tsaalitsu
‘Asyaro Attasyahhudul Akhiiru , Ar-Roobi’u ‘Asyaro Alqu’uudu Fiihi ,
Al-Khoomisu ‘Asyaro Ashsholaatu ‘Alannabiyyi Shollallaahu ‘Alaihi Wasallama
Fiihi , As-Saadisu ‘Asyaro Assalaamu , As-Saabi’u ‘Asyaro Attartiibu .


Rukun-rukun Sholat yaitu 17 : Yang pertama niat , yg kedua
takbirotul ihrom , yg ketiga berdiri atas orang yg mampu , yg keempat membaca
Fatihah , yg kelima ruku’ , yg keenam tuma’ninah di dalam ruku’ , yg ketujuh
i’tidal , yg kedelapan tuma’ninah di dalam i’tidal , yg kesembilan sujud 2 kali
, yg kesepuluh tuma’ninah di dalam sujud , yg kesebelas duduk antara 2 sujud ,
yg kedua belas tuma’ninah di dalam duduk antara 2 sujud , yg ketiga belas
tasyahhud akhir , yg keempat belas duduk di dalam tasyahhud akhir , yg kelima
belas sholawat atas Nabi SAW , yg keenam belas salam , yg ketujuh belas tertib
.


Anniyyatu
Tsalaatsu Darojaatin , In Kaanatishsolaatu Fardhon Wajaba Qoshdul Fi’li
Watta’yiinu Wal Fardhiyyatu , Wain Kaanat Naafilatan Muaqqotatan Aw Dzata
Sababin Wajaba Qoshdul Fi’li Watta’yiinu , Wain Kaanat Naafilatan Muthlaqon Wajaba
Qoshdul Fi’li Faqoth .


Niat itu 3 derajat , jika adalah sholat itu fardhu maka
wajib Qoshdu Fi’il dan Ta’yin dan Fardhiyyah , dan jika adalah sholat itu sunah
yg ditentukan waktunya atau memiliki sebab maka wajib Qoshdu Fi’il dan Ta’yin ,
dan jika adalah sholat itu sunah mutlak maka wajib Qoshdu Fi’il saja .


Al-Fi’lu
Usholli , Watta’yiinu Zhuhron Aw ‘Ashron , Wal Fardhiyyatu Fardhon .


Al-’Fi’lu yaitu kalimat Usholli , dan Ta’yin yaitu kalimat
Zhuhur atau ‘Ashar , dan Fardhiyyah yaitu kalimat Fardhon .


Syuruuthu
Takbiirotil Ihroomi Sittata ‘Asyaro : An Taqo’a Haalatal Qiyaami Fil Fardhi ,
Wa An Takuuna Bil ‘Arobiyyati , Wa An Takuuna Bilafzhil Jalaalati Wabilafzhi
Akbaru , Wattartiibu Bainallafzhoini , Wa An Laa Yamudda Hamzatal Jalaalati ,
Wa ‘Adamu Maddi Baa-i Akbaru , Wa An Laa Yusyaddidal Baa-a , Wa An Laa Yaziida
Waawan Saakinatan Aw Mutaharrikatan Bainal Kalimataini , Wa An Laa Yaziida
Waawan Qoblal Jalaalati ,

Wa An Laa Yaqifa Baina Kalimataittakbiiri Waqfatan
Thowiilatan Walaa Qoshiirotan , Wa An Yusmi’a Nafsahu Jamii’a Huruufiha
Wadukhuulul Waqti Fil Muwaqqoti Wa Iiqoo’uhaa Haalal Istiqbaali , Wa An Laa
Yukhilla Biharfin Min Huruufihaa , Wata’khiiru Takbiirotil Ma’muumi ‘An
Takbiirotil Imaami .


Syarat-syarat takbirotul ihrom yaitu 16 : bahwa jatuhnya
takbirotul ihrom pada ketika berdiri pada fardhu , dan bahwa takbirotul ihrom
itu dengan bahasa Arab , dan bahwa takbirotul ihrom itu dengan lafaz Allah dan
lafaz Akbar , dan tertib antara 2 lafaz , dan bahwa tidak memanjangkan huruf
hamzah lafaz Allah , dan tidak memanjangkan huruf ba pada lafaz Akbar , dan
bahwa tidak mentasydidkan huruf ba , dan bahwa tidak menambah huruf wawu yg
mati atau yg berharokat antara2 kalimat , dan bahwa tidak menambah huruf wawu
sebelum lafaz Allah , dan bahwa tidak berhenti antara 2 kalimat takbir dengan
berhenti yg panjang , dan tidak pula yg pendek , dan bahwa ia mempedengarkan
dirinya akan seluruh huruf-huruf Allahu Akbar , dan masuk waktu pada sholat yg
ditentukan waktunya , dan menjatuhkan takbirotul ihrom ketika menghadap kiblat
, dan bahwa mencampur dengan satu huruf daripada huruf-huruf takbir ,
mengakhirkan takbir ma’mum daripada takbir imam .


Syuruuthul
Faatihati ‘Asyarotun : Attartiibu , Wal-Muwaalatu , Wamuroo’atu Huruufihaa ,
Wamuroo’atu Tasydiidaatihaa , Wa An Laa Yaskuta Saktatan Thowiilatan Walaa
Qoshiirotan Yaqshidu Bihaa Qoth’al Qirooati , Wa’adamullahnil Mukhilla
Bilma’naa , Wa An Takuuna Haalatal Qiyaami Fil Fardhi , Wa An Yusmi’a Nafsahul
Qirooata , Wa An Laa Yatakhollalahaa Dzikrun Ajnabiyyun .

Syarat-syarat Fatihah yaitu 10 : Tertib , dan
berturut-turut , dan memelihara segala hurufnya , dan memelihara segala
tasydidnya , dan bahwa jangan ia (orang yg sholat) diam dengan diam yg panjang
dan tidak pula yg pendek yg ia bermaksud dengannya memutuskan bacaan , dan
tiada salah bacaan yg dengan merusakkan makna , dan bahwa dibaca Fatihah itu
ketika berdiri , pada sholat Fardhu ,
dan bahwa ia memperdengarkan dirinya akan bacaan , dan
bahwa tidak menyelangi akan Fatihah oleh dzikir yg lain .

Tasydiidaatul
Faatihati Arba’a ‘Asyarota : Bismillaahi Fauqollaami , Robbal ‘Aalamiina Fauqol
Baa-i , Arrohmaani Fauqorroo-i , Arrohiimi Fauqorroo-i , Maaliki Yaumiddiini
Fauqoddaali , Iyyaaka Na’budu Fauqol Yaa-i , Waiyyaaka Nasta’iinu Fauqol Yaa-i
, Ihdinashshiroothol Mustaqiima Fauqoshsoodi , Shirootolladziina Fauqollaami ,
An’amta ‘Alaihim Ghoyril Maghdhuubi ‘Alaihim Waladhdhoolliina Fauqodhdhoodi
Wallaami
.

Segala tasydid Fatihah yaitu 14 : Lafazh Bismillah diatas
huruf Lam , Lafazh Robbal ‘Aalamiina diatas huruf Ba , Lafazh Arrohmaani diatas
huruf Ro , Lafazh Arrohiimi diatas huruf Ro , Lafazh Maaliki Yaumiddini diatas
huruf Dal , Lafazh Iyyaaka Na’budu diatas huruf Ya , Lafazh Waiyyaaka
Nasta’iinu diatas huruf Ya , Lafazh Ihdinashshiroothol Mustaqiima diatas huruf
Shod , Lafazh Shirootholladziina diatas huruf Lam
Lafazh An’amta ‘Alaihim Ghoyril Maghdhuubi ‘Alaihim
Waladhdhoolliina diatas huruf Dhod dan huruf Lam .

Yusannu Rof’ul
Yadaini Fii Arba’ati Mawaadhi’a : ‘Inda Takbiirotil Ihroomi , Wa’indarrukuu’i ,
Wa’indal I’tidaali , Wa’indal Qiyaami Minattasyahhudil Awwali


Disunahkan mengangkat tangan pada 4 tempat yaitu :
Ketika Takbirotul Ihrom , dan ketika Ruku’ , dan ketika I’tidal , dan ketika
bangun dari Tasyahhud yg pertama .


Syuruuthussujuudi
Sab’atun : An Yasjuda ‘Alaa Sab’ati A’dhooin , Wa An Takuuna Jabhatuhu
Maksyuufatan , Wattahaamulu Biro’sihi , Wa ‘Adamul Huwiyyi Lighoyrihi , Wa An
Laa Yasjuda ‘Alaa Syain Yataharroku Biharokatihi , Wartifaa’u Asaafilihi ‘Alaa
A’aaliihi , Waththuma’niinatu Fiihi , Wa An Yaquula Fii Sujuudihi "
Subhaana Robbiyal A’laa Wabihamdihi " (Tsalaatsa Marrootin) .

Syarat-syarat sujud yaitu 7 : Bahwa ia sujud atas 7
anggota , dan bahwa dahinya itu terbuka , dan memberatkan sedikit dengan
kepalanya , dan tidak turun sujud karena lainnya , dan bahwa ia tidak sujud
diatas sesuatu yg bergerak dengan geraknya , dan mengangkat anggota bawahnya
atas anggota atasnya , dan tuma’ninah pada ketika sujud , dan sunah bahwa ia
berkata pada sujudnya " Subhaana Robbiyal A’laa Wabihamdihi " (3
kali) .

( Khootimatun )
A’Dhooussujuudi Sab’atun : Al-Jabhatu , Wabuthuunul Kaffaini , Warrukbataini ,
Wabuthuunul Ashoobi’irrijlaini .


( Penutup ) Anggota-anggota sujud yaitu 7 : Dahi , dan
perut 2 telapak tangan , dan 2 dengkul , dan perut jari-jari 2 kaki .


Tasydiidaatuttasyahhudi
Ihdaa Wa’isyruuna Khomsun Fii Akmalihi Wasittata ‘Asyaro Fii Aqollihi .
Attahiyyaatu ‘Alattaa-i Walyaa-i , Walmubaarokatushsholawaatu ‘Alashshoodi ,
Ath-Thoyyibaatu ‘Alaththoo-i walyaa-i , Lillaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati ,
Assalaamu ‘Alassiini , ‘Alaika Ayyuhannabiyyu ‘Alalyaa-i Wannuuni Walyaa-i ,
Warohmatullaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati , Wabarokaatuhu Assalaamu ‘Alassiini ,
‘Alainaa Wa’alaa ‘Ibaadillaahi

‘Alaa Laamil Jalaalati , Ash-Shoolihiina ‘Alashshoodi ,
Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaahu ‘Alaa Lam Alif Walaamil Jalaalati , Wa Asyhadu
Anna ‘Alannuuni , Muhammadarrosuulullaahi ‘Alaa Mimi Muhammadin Wa ‘Alarroo-i
Wa ‘Alaa Laamil Jalaalati .


Segala Tasydidnya Tasyahhud yaitu 21 , 5 pada yg paling
sempurna dan 16 pada yg paling sedikitnya . Attahiyyatu diatas huruf Ta dan Ya
, dan Mubaarkatushsholawaatu diatas huruf Shod , Ath-Thoyyibaatu diatas huruf
Tho dan Ya , Lillaahi diatas huruf Lam Jalalah , Assalaamu diatas huruf Sin ,
‘Alaika Ayyuhannabiyyu diatas huruf Ya dan Nun dan Ya , Warohmatullaahi diatas
huruf Lam Jalalah , Wabarokatuhu Assalaamu diatas huruf Sin ,

‘Alainaa Wa’alaa ‘Ibaadillaahi diatas huruf Lam Jalalah ,
Ash-Shoolihiina diatas huruf Shod , Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaahu diatas
huruf Lam Alif dan Lam Jalalah , Wa Asyhadu Anna diatas huruf Nun ,
Muhammadarrosuulullaahi diatas huruf Mim Muhammad dan diatas huruf Ro dan
diatas huruf Lam jalalah .


Tasydiidaatu
Aqollishsolaati ‘Alannabiyyi Shollallaahu ‘Alaihi wasallama Tsalaatsun :
Allaahumma ‘Alallaami Wal Miimi , Sholli ‘Alallaami , ‘Alaa Muhammadin ‘Alal
Miimi

Segala tasydid sekurang-kurangnya sholawat atas
Nabi SAW yaitu 3 : Lafazh Allaahumma diatas Huruf Lam dan Huruf Mim , Lafazh
Sholli diatas Huruf Lam , Lafazh ‘Ala Muhammadin diatas Huruf Mim

Aqollussalaami
Assalaamu’alaikum . Tasydiidussalaami ‘Alassiini

Sekurang-kurangnya salam yaitu Assalaamu’alaikum .
Tasydidnya salam yaitu diatas Huruf Sin .

Awqootushsholaati
Khomsun : Awwalu Waqtizhzhuhri Zawaalusysyamsi Wa Aakhiruhu Mashiiru Zhilli Kulli
Syaiin Mitslahu Ghoyro Zhillil Istiwaa-i , Wa Awwalu Waqtil ‘Ashri Idzaa Shooro
Zhillu Kulli Syaiin Mitslahu Wazaada Qoliilan Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyamsi ,
Wa Awwalu Waqtil Maghribi Ghuruubusysyamsi Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyafaqil
Ahmari , Wa Awwalu Waqtil ‘Isyaa-i Ghuruubusysyafaqil Ahmari Wa Aakhiruhu
Thuluu’ul Fajrishsoodiqi , Wa Awwalu Waqtishshubhi Thuluu’ul Fajrishshoodiqi Wa
Aakhiruhu Thuluu’usysyamsi
.

Waktu-waktu Sholat yaitu 5 : Awal waktu Zhuhur yaitu
gelincirnya matahari dan akhirnya kembali bayang-banyang tiap-tiap sesuatu akan
misalnya selain bayang-bayang istiwa , dan awal waktu Ashar yaitu apabila jadi
bayang-bayang tiap-tiap sesuatu akan misalnya dan bertambah sedikit dan
akhirnya terbenam matahari , dan awal waktu Maghrib yaitu terbenam matahari dan
akhirnya terbenam syafaq merah , dan awal waktu ‘Isya yaitu terbenam syafaq
merah
dan akhirnya terbit fajar shodiq , dan awal waktu Shubuh
yaitu terbit fajar shodiq dan akhirnya terbit matahari .

Al-Asyfaaqu
Tsalaatsatun : Ahmaru
,
Wa
Ashfaru
,
Wa
Abyadhu . Al-Ahmaru Maghribun Wal-Ashfaru Wal-Abyadhu ‘Isyaa-un . Wa YUndabu
Ta’khiiru Sholaatil ‘Isyaa-i Ilaa An Yaghiibasysyafaqul Ashfaru Wal Abyadhu .


Syafaq-syafaq atau mega-mega yaitu 3 : Merah , dan Kuning
dan Putih . Mega Merah yaitu Maghrib dan Mega Kuning dan Mega Putih yaitu ‘Isya
.
Dan
disunahkan menta’khirkan Sholat ‘Isya hingga hilang Syafaq atau Mega Kuning dan
Mega Putih .


Al-Asyfaaqu Tsalaatsatun : Ahmaru , Wa Ashfaru , Wa
Abyadhu . Al-Ahmaru Maghribun Wal-Ashfaru Wal-Abyadhu ‘Isyaa-un . Wa YUndabu
Ta’khiiru Sholaatil ‘Isyaa-i Ilaa An Yaghiibasysyafaqul Ashfaru Wal Abyadhu .

Syafaq-syafaq
atau mega-mega yaitu 3 : Merah , dan Kuning dan Putih . Mega Merah yaitu
Maghrib dan Mega Kuning dan Mega Putih yaitu ‘Isya . Dan disunahkan
menta’khirkan Sholat ‘Isya hingga hilang Syafaq atau Mega Kuning dan Mega Putih
.

Tahrumushsolaatu Allatii Laisa Lahaa Sababun Mutaqoddimun
Walaa Muqoorinun Fii Khomsati Awqootin : ‘Inda Thuluu’isysyamsi Hattaa
Tartafi’a Qodro Rumhin , Wa’indal Istiwaa’i Fii Ghoyri Yaumil Jumu’ati Hattaa
Tazuula , Wa’indal Ishfiroori Hattaa Taghruba , Waba’da Sholaatishshubhi Hattaa
Tathlu’asysyamsu , Waba’da Sholaatil ‘Ashri Hattaa Taghruba .


Haram sholat yang tidak ada baginya sebab yang terdahulu
dan tidak juga bersamaan pada 5 waktu : Ketika terbit matahari sehingga naik
sekedar satu tombak , dan ketika Istiwa pada selain hari Jum’at hingga
tergelincir matahari , dan ketika Ishfiror hingga terbenam , dan setelah Sholat
Shubuh hingga terbit matahari , dan setelah Sholat ‘Ashar hingga terbenam
matahari .


Saktaatushsolaati Sittun : Baina Takbiirotil Ihroomi
Wadu’aa-il Iftitaahi, Wabaina Du’aa-il Iftitaahi Watta’awwudzi ,
Wabainatta’awwudzi Wal Faatihati , Wabaina Aakhiril Faatihati Wa Aamiina ,
Wabaina Aamiina Wassuuroti , Wabainassuuroti Warrukuu’i .
 
Tempat diamnya sholat yaitu 6 : Antara Takbirotul Ihrom
dan Do’a Iftitah , dan antara Do’a Iftitah dan bacaan Ta’awwudz , dan antara
bacaan Ta’awwudz dan Fatihah , dan antara akhir Fatihah dan bacaan Amin , dan
antara bacaan Amin dan Surat pendek , dan antara Surat pendek dan ruku’ .

Al-Arkaanu Allatii Tulzamu Fiihaththuma’niinatu Arba’atun
: Arrukuu’u , Wali’tidaalu , Wassujuudu , Waljuluusu Bainassajdataini
.
Rukun-rukun sholat yang wajib padanya Tuma’ninah yaitu 4 :
Ruku , dan I’tidal , dan Sujud , dan duduk diantara dua sujud .
Ath-Thuma’niinatu Hiya Sukuunun Ba’da Harkatin Bihaitsu
Yastaqirru Kullu ‘Udhwin Mahallahu Biqodri Subhaanalloohi .
 
Tuma’ninah yaitu diam setelah bergerak dengan sekira-kira
diam tetap seluruh anggota pada tempatnya dengan sekedar bacaan Subhanalloh.

Kamis, 19 Mei 2011

Maulid di MT Darul Abidin Makassar: Sangat Mencintai Umatnya

Majelis Ta’lim Darul Abidin, asuhan Habib Muhammad bin Salim Alkaf, menyelenggarakan peringatan Maulid dan haul para gurunya. Meriah dan semarak, dihadiri ribuan umat Islam di Makassar.
 

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sangat mencintai umatnya. “Nabi tidak rela satupun umatnya jatuh ke dalam api neraka,” demikian dituturkan Syaikh Soleh Muhammad Basalamah dalam majelis peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus haul Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah dan Habib Hasan bin Ahmad Baharun Pasuruan, di Majelis Darul Abidin Jalan Lamputan 4, kota Makassar, Jum’at malam (15/4).
Majelis Ta’lim Darul Abidin diasuh oleh Habib Muhammad bin Salim Al-Kaf, asal Surabaya. Dia adalah murid Habib Hasan bin Ahmad Baharun dan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Majelis ini sudah lima tahun berkiprah di kota Makassar dan mendapat banyak sambutan positif dari kalangan habaib, muhibbin, dan umat Islam di Makassar.
Di sana juga ada grup hadhrah yang dikelola perantau asal Tegal dan Brebes, yang dikoordinir oleh Lukmanul Hakim.
Para perantau asal Pantura, Jawa Tengah, yang banyak menjadi penjual nasi goreng, martabak, dan donat di pinggir jalan, ikut berkiprah dan sekaligus menjadikan suasana lebih semarak.
Sedang acara peringatan Maulid yang disertai dengan haul guru-guru mereka merupakan acara tahunan yang diselenggarakan dan dihadiri para habib dan ulama dari Jawa. Tahun ini dihadiri Syaikh Soleh Basalamah dari Brebes dan Habib Sholeh  bin Ahmad Al-Habsyi dari Jakarta.
Ribuan jama’ah menghadiri acara, sehingga meluber hingga ke Jalan Andalas.

 Tak akan Menyakiti Umat NabiSyaikh Soleh Basalamah berkisah, Nabi Ibrahim menyerahkan umatnya yang membangkang kepada keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala – QS Yunus (19): 18. Nabi Isa juga menyerahkan umatnya yang tidak berima kepada keadilan Allah. Sementara Nabi Muhammad SAW, “Karena cintanya kepada umatnya, tidak rela satu pun umatnya masuk neraka,” ujar pengasuh PP Darussalam Brebes, Jawa Tengah, ini.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman menceritakan perkataan Nabi Isa Alaihis Salam, “Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” – QS Al-Maidah (5): 118.
Sementara Nabi Muhammad SAW, bahkan ketika beliau akan wafat, masih menadahkan kedua tangannya ke langit sambil menangis seraya berdoa, “(Ya Allah), umatku, umatku, umatku....”
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Hai Jibril, pergilah kepada Muhammad (Tuhanmu Maha Mengetahui) dan tanyakan kepadanya, apa yang membuatnya menangis.”
Jibril mendatangi Nabi dan menanyakannya. Rasulullah memberitahukannya (dan Dia lebih mengetahui) bahwa beliau sangat menyayangi umatnya.
Allah berfirman, “Hai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya Kami akan meridhaimu dalam urusan umatmu dan tidak akan menyakitinya’.”
Di dalam riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW membaca ayat ini – Al-Maidah (5): 118. Sampai beliai ruku’ dan sujud, masih juga membacanya.
Kemudian, Abu Dzar menanyakan hal itu kepada Nabi.

Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku memohon syafa’at kepada Tuhanku, dan Dia memberikannya kepadaku, insya Allah syafa’at itu akan diterima oleh orang yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah.”

Dipertanyakan oleh Syaikh Soleh Basalamah, yang juga murid Al-Maghfurlah Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki, mengapa kita begitu bersemangat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pertanya itu dijawab, karena merupakan bukti bawah kita mencintai Nabi, yang cinta beliau kepada umatnya melebihi cinta kita kepada beliau. Dengan peringatan ini kita selalu diingatkan bahwa kita harus mencintai nabi kita sebagaimana nabi kita sangat mencintai kita.

Mencintai Nabi Muhammad SAW, ditunjukkan Syaikh Soleh Basalamah, adalah dengan mematuhi apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya, meneladani semua aqidah dan ibadahnya, termasuk antara lain menjawab dengan shalawat jika disebut nama Nabi.

Sementara Habib Sholeh bin Ahmad Al-Habsyi dalam taushiyahnya menekankan, kita harus mencintai para ulama, sebagai pewaris para nabi, termasuk Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki dan Habib Hasan bin Ahmad Baharun. Mencintai ulama dalam arti meneladani apa yang telah dilakukannya kepada kita semua.

“Kedua ulama ini adalah orang-orang mulia yang banyak mendidik santri dengan akhlaq yang mulia serta ilmu yang bermanfaat. Salah seorang yang mendapatkan manfaat dan berkah mereka adalah saya, saya adalah murid Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki di Makkah,” kata habib yang menjadi salah satu santri pertama Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki itu.

Minggu, 10 April 2011

Habib Sangeng al-Haddad

Beliau adalah Habib 'Abdullah bin 'Ali bin Hasan bin Husain bin Ahmad bin Hasan bin Shohibur Ratib Habib 'Abdullah al-Haddad.

Dilahirkan pada tanggal 2 Shafar al-Khair 1261H di Kota Hawi, Tarim, Hadhramaut. Habib 'Abdullah bin 'Ali al-Haddad @ Habib Sangeng lahir dalam keluarga yang kuat berpegang dengan agama, keluarga keharuman ahlul bait dan kewalian semerbak mewangi. Sejak kecil lagi beliau dididik dan diasuh sendiri oleh ayahanda beliau sehingga dalam usia kecil tersebut beliau telah hafal al-Quran.

Kemudian beliau berguru pula dengan berbilang ulama besar di Hadhramaut, antara guru beliau adalah:-
  1. Habib 'Abdur Rahman al-Masyhur, mufti Hadhramaut, pengarang kitab "Bughyatul Mustarsyidin";
  2. Habib 'Umar bin Hasan al-Haddad;
  3. Habib 'Aidrus bin Umar al-Habsyi, pengarang "Iqdul Yawaaqit";
  4. Habib Muhsin bin 'Alwi as-Saqqaf;
  5. Habib Muhammad bin Ibrahim BilFaqih;
  6. Habib Thahir bin 'Umar al-Haddad;
  7. Syaikh Muhammad bin 'Abdullah BaSaudan;
  8. Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar;
Pada tahun 1295 H, berangkatlah beliau menuju ke Haramain untuk menunaikan ibadah haji. Di kota Makkah, beliau tinggal di kediaman Al-Habib Muhammad bin Husain al-Habsyi, ayahanda Shohibul Mawlid Habib 'Ali bin Muhammad al-Habsyi, yang berada di daerah Jarwal. Di sana keduanya saling mengisi dengan membaca bersama-sama kitab-kitab agama. Pada saat di kota Madinah, beliau bertemu dengan Asy-Syaikh Muhammad Abdul Mu''thi bin Muhammad Al-'Azab, seorang faqih dan pakar bahasa dan kesusasteraan Arab, serta pengarang kitab Mawlid al-'Azab. Di sana juga keduanya saling mengisi dengan saling memberikan ijazah. Di Kota Madinah juga, kemuliaan dan ketinggian maqam beliau tersingkap apabila Mufti Haramain, Sayyid 'Umar Syatha datang kepada beliau dan sangat-sangat memuliakan beliau. Diceritakan bahawa sebelumnya, Sayyid 'Umar telah bermimpikan Junjungan Nabi SAW yang memerintahkan beliau untuk menziarahi Habib 'Abdullah bin 'Ali al-Haddad dan Junjungan SAW turut memaklumkannya bahawa Habib 'Abdullah al-Haddad ini adalah cucu baginda yang sebenar.

Pada tahun 1297 H, beliau melakukan hijrah dalam rangka berdakwah ke negeri Melayu. Tempat awal yang beliau tuju adalah Singapura, kemudian beliau menuju ke Johor. Di Johor beliau tinggal selama 4 tahun. Setelah itu beliau meneruskan perjalanan dakwahnya ke pulau Jawa. Sampailah beliau di daerah Betawi. Beliau lalu meneruskan perjalanan ke kota Bogor, Solo dan Surabaya. Beliau tidak tertarik tinggal di kota-kota tersebut, walaupun diajak penduduk setempat untuk menetap di kotanya.

Sampai akhirnya pada tahun 1301 H, tepatnya akhir Syawal, beliau tiba di kota Bangil. Disanalah beliau menemukan tempat yang cocok untuk menetap dan berdakwah. Mulailah beliau membuka majlis taklim dan rauhah di kediaman beliau di kota Bangil. Beliau juga mengembangkan dakwah Islamiyyah di daerah-daerah lain di sekitar kota Bangil. Di sana juga beliau mengamalkan ilmunya dengan mengajar kepada murid-murid beliau. Keberadaan beliau di kota Bangil banyak membawa kemanfaatan bagi masyarakat di kota tersebut. Tidak jarang pula, masyarakat dari luar kota datang ke kota itu dengan tujuan untuk mengambil manfaat dari beliau. Di antara murid-murid beliau yang menjadi ulama dan kiyai besar adalah:-
  1. Kiyai Kholil Bangkalan;
  2. Kiyai Zayadi;
  3. Kiyai Husein;
  4. Kiyai Mustafa;
  5. Kiyai Muhammad Thahir;
  6. Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhar;
  7. Habib 'Alwi bin Muhammad al-Haddad;
  8. Habib 'Ali bin Abdur Rahman al-Habsyi (Habib Ali Kwitang);
  9. Habib Ahmad bin Muhsin al-Haddar.
Beliau juga ada mengarang beberapa karya tulis, antaranya:-
  1. Hujjatul Mukminin fit Tawassul bi Sayyidil Mursalin;
  2. Maulidil Haddad, nazam maulid Junjungan Nabi SAW.
Habib 'Abdullah bin Ali al-Haddad adalah seorang yang sangat pemurah dan sangat memperhatikan para fakir miskin. Bahkan setelah bermastautin di Kota Bangil, beliau bukan sahaja menyara keluarga dan murid-muridnya bahkan puluhan lagi keluarga miskin yang berada di sekitarnya dibiayai belanja mereka pada setiap bulan. Dan sering pada waktu malam, ketika orang tidur, beliau akan meronda sekitar Kota Bangil untuk mencari orang yang perlukan bantuan.

Habib 'Abdullah adalah seorang yang tidak suka dengan kemasyhuran. Beliau tidak suka difoto atau dilukis. Beberapa kali dicoba untuk difoto tanpa sepengetahuan beliau, tetapi foto tersebut tidak jadi atau rusak. Beliau adalah seorang yang mempunyai sifat tawadhu. Beliau selalu menekankan kepada para muridnya untuk tidak takabur, sombong dan riya. Dakwah yang beliau jalankan adalah semata-mata hanya mengharapkan keridhaan Allah Azza wa Jalla. Dan inilah bendera dakwah beliau yang tidak lain itu semua mengikuti jalan yang telah ditempuh oleh para pendahulunya.

Pada hari Jum'at, 15 Shafar 1331 H, sesudah melaksanakan shalat Ashar, berpulanglah Habib 'Abdullah bin 'Ali al-Haddad kepada Tuhan Rabbul Alamin dengan amal baik beliau yang beliau tanam semasa hidupnya. Beliau disemadikan di daerah Sangeng, Bangil. Moga-moga Allah meredhai dan merahmatinya sentiasa dan menghubungkan keberkatan beliau kepada kita sekalian.... al-Fatihah.


*********************************************
Qasidah karangan Habib Sangeng
Dikatakan bahawa bait-bait istighatsah ini adalah mujarrab sebagai wasilah untuk menarik rezeki, menyembuhkan penyakit, menolak bala`, fitnah, pancaroba, wabak dan kejahatan musuh. Boleh dibaca setiap malam selepas membaca ratib.

Profil Rubat Tarim

Pendahuluan

Kota Tarim sejak dulu merupakan pusat ilmu dan penyebaran agama Islam, pakar sejarah mengatakan demikian. Kerena, melalui perantau yang berasal dari kota ini pada khususnya dan Hadramaut pada umumnya Islam menyebar hingga ke Timur Asia, India, Indonesia, Malaysia, Berunei Darussalam, Fhilipina, Singapura, juga belahan Afrika, Kongo, Somalia, dan Sudan.

Mereka para muhajirin tersebut pergi untuk berda’wah dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dicukupi dengan berdagang, hingga negeri-negeri yang dulunya kafir berubah menjadi negeri-negeri Islam.

Sayyidina Imam Ahmad bin Hasan Al-Attash menyebutkan bahwa sebagian ulama Tarim telah hijrah sejak lebih dari 1000 tahun lalu, diantara mereka ada yang menjadi qadhi (hakim) di Mesir, padahal negeri ini dan Al-Azharnya sudah terkenal sejak dulu sebagai pusat cendikiawan-cendikiawan muslim.

Pada abad-abad selanjutnya fenomena ini mulai berubah, jika sebelumnya para ulama hijrah dari kota Tarim Al-Ghanna ini, kini orang mulai berdatangan ke Tarim untuk menuntut ilmu. Itu terjadi baik dimasa hidup Habib Syekh Abu Bakar bin Salim, masa putra beliau Hamid dan Husin juga dimasa Imam Abdullah Al-Haddad. Hal ini terjadi terus menerus hingga pada paruh pertama abad ke-13 H. Kota Tarim kian dipenuhi pendatang asing, diantara mereka Sayyid Imam Al-Habib Sholeh Al-Bahrain, Salim bin Sa’id bin Syumaeil, Syekh Abdullah Basaudan, Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attash, dan sebagainya. Pendatang-pendatang ini tinggal dimesjid-mesjid dan juga di zawiyah zawiyah yang ada di Tarim.

Kota yang besarnya tidak lebih dari luas kota kecamatan di Indonesia ini memang sangat istimewa. Walaupun kecil namun jumlah mesjidnya saja sangat banyak lebih dari 365 buah dan zawiyah-zawiyah yang makna asalnya pojok-pojok yang berfungsi sebagai tempat ibadah para ubbad (ahli ibadah). Disitu para pelajar belajar ilmu nahwu, Fiqh, dan ilmu-ilmu lainnya dengan para guru-guru yang ada di tiap-tiap zawiyah atau mesjid tersebut. Seperti zawiyah Syekh Ali bin Abu Bakar As-Syakron bin Abdurrahman As-Segaf yang diasuh oleh Al-Allamah Mufti Diyar Hadramiyah Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur, kemudian zawiyah mesjid Sirjis dan Al-Awwabin dengan Syekh Al-Allamah Muhammad bin Ahmad Al-Khatib, zawiyah mesjid Nafi’ diasuh Al-Allamah Syekh Ahmad bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib (setelah wafat guru beliau yang juga pendiri zawiyah tersebut, Al-Allamah Ahmad bin Abdullah Balfaqih pada tahun 1299 H, dan setelah wafat Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Bakar Al-kherred), kemudian mesjid Suwayyah pengajarnya juga Syekh Ahmad, mesjid bani Hatim (sekarang dikenal dengan mesjid ‘Asyiq) mudarrisnya Al-Allamah Alwi bin Abdurrahman bin Abu Bakar Al-Masyhur, zawiyah Syekh Salim bin fadhal Bafadhal dengan pengasuh Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-kherred (meninggal tahun 1312 H) dan lain sebagainya.

Demikinlah kegiatan-kegiatan ilmiah yang ada dikota ini begitu ramai dan tatkala pelajar dari luar Tarim kian banyak dan dirasa kian sulit mendapatkan tempat tinggal, berkumpullah para pemuka kota ini guna memecahkan masalah itu, diantara mereka dari keluarga Al-Haddad, As-Sirri, Al-Junaid dan Al-Arfan.

Nama Perguruan

Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan sebuah rubath (ma’had) yang kemudian dinamakan “RUBATH TARIM”. Persyaratan bagi calon pelajar juga dibahas pada kala itu, kriteria utama antara lain: calon santri adalah penganut salah satu mazhab dari empat mazhab fiqh (Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hambali) dan dalam aqidah bermazhab Asy’ariyah (mazhab Imam Abi Hasan Al-Asy’ari)

Tahun Diresmikan

Setelah membuat kesepakatan diatas dimulailah pembangunan Rubath Tarim. Untuk keperluan ini, Habib Ahmad bin Umar As-Syatiri (wafat di Tarim tahun 1306 H) mewakafkam rumah beliau (dar muhsin) dan pekarangannya yang berada disebelah pasar di halaman mesjid Jami’ Tarim dan mesjid Babthoinah (sekarang mesjid Rubath Tarim). Wakaf juga datang dari Al-Allamah Al-Muhdisth Muhammad bin Salim As-Sirri (lahir di Singapura 1264 H, dan wafat di Tarim 1346 H)

Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri (pengasuh Rubath Tarim sekarang) menambahkan bahwa pedagang-pedagang dari keluarga Al-Arfan juga mewakafkan tanah yang mereka beli di bagian timur, mereka kemudian dijuluki tujjaru ad-dunya wa al-akhirah (pedagang dunia dan akhirat). Datang juga sumbangan melalui wakaf rumah, kebun, dan tanah milik keluarga-keluarga habaib di luar Yaman, seperti Indonesia, Singapura, dan Bombosa Afrika.

Akhirnya selesailah pembangunan Rubath Tarim di bulan dzulhijjah tahun 1304 H dan secara resmi dibuka pada 14 muharram 1305 H, keluarga Al-Attash tercatat sebagai santri pertama yang belajar di Rubath Tarim kemudian datang keluarga Al-Habsyi begitu selanjutnya berdatangan para pelajar, baik dari Hadramaut sendiri maupun dari luar Hadramaut bahkan dari luar negeri Yaman. Habib Ahmad bin Hasan Al-Attash berkata: “perealisasian pembangunan Rubath Tarim ini tidak lain adalah niat semua salafusshalihin alawiyiin, hal ini terbukti dengan mamfaatnya yang besar serta meluas mulai dari bagian Timur bumi dan Barat”.

Pengasuh

 Pengasuh I

Mufti Diyar Hadramiyah Sayyidina Al-Imam Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur (pengarang kitab Bugyatul Mustarsidin), beliau lahir di Tarim tahun 1250 H. Beliau mengasuh Rubath Tarim hingga tahun 1320 H, dengan di bantu ulama-ulama lain yang ada pada masa itu, seperti Al-Allamah Syekh Ahmad bin Abdullah Al-Bakri Al-Khatib (1257-1331 H), Al-Allamah An-Nahrir Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur (1263-1341), Al-faqih Al-Qadhi Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-kaff (pejabat qadhi di Tarim selama dua kali, wafat 1333 H), Al-Allamah As-Sayyid Hasan bin Alwi bin Sihab, Al-Allamah Syekh Abu Bakar bin Ahmad Al-Bakri Al-Khatib (1286-1356). Para mudarris inilah yang mengajar di Rubath Tarim sejak pertama kali dibuka pada tahun 1305 hingga tahun 1314 H.

 Pengasuh II

Al-Allamah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur (lahir di Tarim tahun 1274 H), mudarris di zawiyah Syekh Ali bin Abu Bakar bin Abdurrahman As-Segaf. Beliau mengasuh Rubath Tarim sejak wafatnya sang ayah (Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur) pada tahun 1320 H dan terus berlangsung hingga tahun 1344 H ketika beliau berpulang kerahmatullah pada tahun itu pada tanggal 9 syawal.

 Pengasuh III

Al-Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri ra (lahir di Tarim bulan Ramadhan tahun 1290 H), yang kemudian diberi mandat oleh pemuka kota Tarim untuk menjadi pengasuh ketiga yang semula menjadi wakil Habib Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur sejak tahun 1341 H jika beliau berhalangan mengajar dan telah menjadi mudarris di Rubath Tarim sejak datang dari Mekkah pada tahun 1314 H. Pada mulanya beliau belajar di kota kelahiran kepada para masyayikh di sana terutama kepada Habib Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Alwi bin Abdurrahman Al-Masyhur dan Habib Ahmad bin Muhammad Al-Kaff. Kemudian beliau pindah ke Seiwun (25 KM sebelah barat laut kota Tarim) dan belajar di Rubath Habib Ali bin Muhammad bin Husien Al-Habsyi selama kurang lebih empat bulan, juga kepada Habib Muhammad bin Hamid As-Segaff, dan saudara beliau Umar bin Hamid As-Segaf, serta Habib Abdullah bin Muhsin As-Segaf.

Pada waktu berumur 20 tahun (tahun 1310 H), beliau pergi ke Mekkah bersama orang tua beliau Habib Umar As-Syatiri, untuk menunaikan ibadah haji dan ziarah kepada Rasulullah SAW. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, beliau meminta izin kepada ayah beliau untuk tinggal di Mekkah guna menuntut ilmu. Dan tercatat sejak tanggal 15 muharram 1211 H hingga 15 dzulhijjah 1313 H beliau belajar pada ulama-ulama di kota suci itu diantaranya kepada Syekh Al-Allamah Umar bin Abu Bakar Ba Junaid, Syekh Al-Allamah Muhammad bin Said Babsheil, Habib Husien bin Muhammad bin Husien Al-Habsyi (saudara Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Seiwun), Habib Ahmad bin Hasan Al-Attash, dan Al-Faqih Al-Abid Abu Bakar bin Muhammad Syatho (pengarang kitab hasyiyah I’anatu at-Thalibin ‘ala fathi al-mu’in).

Konon ilmu nahwu sangat sulit bagi beliau, sampai beliau berujar (sebagaimana yang dituturkan putera beliau Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri):”…..dulu saya punya kitab kafrawi syarah al-jurumiah yang penuh dengan air mata….. “ kerena sulitnya ilmu itu bagi beliau. Namun kemudian Allah SWT menganugerahi beliau ke-futuh-an.”….tatkala saya berada di Mekkah, semua risalah yang datang, saya taruh dibawah tempat tidur, saya berdo’a di Multazam agar Allah SWT membukakan bagi saya ilmu yang bermamfaat, dan agar ilmu saya menyebar di bumi barat dan timur, maka acap kali saya berdo’a dengan do’a ini, terlintas dalam benak, bahwa saya akan menjadi musafir yang pindah dari dari negeri satu kenegeri yang lain untuk mengajar umat akan tetapi berapa lama umur manusia untuk semua itu ?…”. Maka Allah SWT mengabulkan do’a beliau, Allah SWT memudahkan perjalan Rubath ini, sehingga datang kesana para penuntut ilmu dari penjuru dunia, mereka menjadi ulama, dan menyebarkan ilmu mereka masing-masing maka menyebarlah ilmu beliau (Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri) di timur dan barat.

Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafizd (salah seorang murid beliau) berujar:”……..Habib Abdullah bercerita kepada kami bahwa lama tidur beliau kala itu (selama balajar di Mekkah) tidak lebih dari 2 jam saja setiap harinya, beliau belajar kepada guru-gurunya sebanyak 13 mata pelajaran pada siang dan malam, serta menelaah kembali semua pelajaran itu (tiap hari)……”.

Selama kurang lebih lima puluh tahun beliau mengajar di Rubath Tarim (1314-1361 H) selama itu hanya enam jam beliau berada dirumah, sedang delapan belas jam dari dua puluh empat jam tiap hari, beliau berada di Rubath Tarim untuk mengajar dan memimpin halaqah-halaqah ilmiah, jumlah murid yang telah belajar di Rubath Tarim tak dapat diketahui secara pasti jumlahnya. Dalam biografi Habib Muhammad bin Abdullah Al-Hadar (salah seorang murid di Rubath Tarim) menyebutkan bahwa lebih dari 13.000 alim telah keluar dari Rubath Tarim Dibawah asuhan Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri.


 Pengasuh IV

Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Umar As-Syatiri.

 Pengasuh V

Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri (pengasuh sekarang).

Luas Bangunan

Saat ini, bangunan Rubath Tarim yang luasnya sekitar 500 m persegi ini menampung pelajar dari berbagai belahan dunia terutama pelajar Indonesia yang hampir mendominasi warga Rubath Tarim.

Sistem Belajar

Sejak berdiri hingga sekarang (kurang lebih 121 tahun) pengajian di Rubath Tarim dilaksanakan dengan sistem halaqah yang dibimbing oleh para masyayikh. Klasifikasi ini disesuaikan dengan tingkatan masing-masing pelajar. Tiap halaqah mengkaji berbagai fan keilmuan tak kurang dari sepuluh halaqah sejak pagi hingga malam mengkaji ilmu-ilmu agama dan di ikuti oleh para pelajar dengan disiplin dan khidmat.


Kitab-Kitab Yang Dipelajari

Adapun kitab-kitab yang dikaji pada tiap halaqah disesuaikan dengan kemampuan (semacam tingkatan kelas), antara lain:
 Umdah
 Fathul mu’in
 Minhajut thalibin dan sarahnya
 Nahwu
 Fawaid sugra dan kabir
 Matan al-jurumiah
 Al-fushul alfikriah Fiqh
 Ar risalatul al jamiah
 Safinatun najah
 Mukhtasar shagir
 Mukhtasar kabir
 Abi suja’
 Fathul qarib
 Zubad

 Mutammimah
 Qatrun nada
 Syaddzu adzhab
 Alfiah Ibnu Malik
 Zawaid (tambahan) alfiah Ibnu Malik
Setelah menamatkan kitab-kitab diatas para pelajar melanjutkan pada materi-materi lain, seperti Hadist, Tafsir, Usul fiqh.

Waktu Belajar

Para pengurus Rubath Tarim memperhatikan semua aktifitas pelajar dengan secara cermat. Jadual rutinitas keseharian para pelajar dimulai sejak sebelum shalat subuh dengan melaksanakan shalat tahajud, dilanjutkan shalat subuh berjamaah dimesjid Babthoin, disertai pembacaan aurad.

Baru kira-kira pukul 05.00 s.d 07.00 pagi, digelar pengajian nahwu atau lebih akrab disebut dars nahwu. Setelah itu para pelajar dipersilahkan makan pagi. Pada jam 07.30 dilaksanakan mudzakarah tiap halaqah selama sekitar setengah jam untuk persiapan pengajian yang akan di pelajari bersama masyayikh yaitu hafalan matan sampai pukul 09.00.

Selam tiga jam berikutnya adalah waktu istirahat hingga dzuhur, setelah menunaikan shalat dzuhur diadakan hizb (tadarus) Al-Qur’an selama setengah jam. Setelah itu para pelajar dianjurkan tidur siang untuk persiapan mengaji pada sore hari.

Pada pukul 15.00 setelah shalat ashar berjamaah, semua pelajar mengaji tiap halaqah sampai pukul 17.00, setelah shalat magrib dilanjutkan dengan hizb (tadarus) Al-Qur’an dan pengajian halaqah sampai pukul 20.15. Setelah makan malam para pelajar diharuskan mengikuti halaqah selama setengah jam untuk persiapan pelajaran pagi.


Staf Pengajar

1. Al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syatiri
2. Syekh Abu Bakar Muhammad Balfaqih
3. Syekh Umar Abdurrahman Al-Atthas
4. Syekh Abdullah Abdurrahman Al-Muhdhar
5. Syekh Muhammad Ali Al-Khatib
6. Syekh Muhammad Ali Baudhan
7. Syekh Abdullah Umar bin Smith
8. Syekh Abdurrahman Muhammad Al-Muhdhar
9. Syekh Hasan Muhsin Al-Hamid
10. Syekh Abdullah Shaleh Ba’bud
11. Syekh Muhammad Al-Haddad
12. Syekh Abdullah Umar Bal Faqih
Selain para masyayikh diatas, para senior juga diwajibkan membimbing halaqah tingkat bawahnya.

Fasilitas-Fasilitas

 50 kamar
 Wartel
 Toserba
 Perpustakaan


Biaya-Biaya yang diperlukan dalam pendaftaran

a. bulanan selama satu tahun sebesar USD $ 240,-
b. Jaminan tiket pulang sebesar USD $ 500,-
c. Iqamah pertahun sebesar Ry 4000,-

 Untuk keterangan lebih lanjut bisa menghubungi :
 Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Atthas
d.a. P.T. Barfo Mahdi
Jl. Asem Baris Raya, No: 3 - Kebun Baru – Tebet – Jakarta
Telp: - Kantor: (0062)(21)8303762
830244
- Rumah: (0062)(21)8354445
 Alhabib Ali Hasan Al-Kaff, beralamatkan:JL.HasanuddinHM/
P.Samudera. No:12/4, Rt15, Banjarmasin P.O.Box:70111
Tel/Fax : (0062)(511)58472
Hp : (0062)8152119158

Penutup

Sebagian ulama Yaman yang telah belajar di Rubath Tarim, juga yang berasal dari luar negeri, antara lain:
 Al-Imam Syaikhul Islam Al-Habib Muhammad bin Abdullah Al-Haddar (1340-1418 H), mufti muhafazd propinsi Baidha, Yaman dan pendiri Rubath Al-Haddar lil ulumus Syariat.
 Al-Allamah Habib Hasan bin Ismail bin Syekh, pendiri Rubath Inat Hadramaut.
 Al-Allamah Al-Habr, pejabat qadhi as-syar’i Baidha, Habib Muhammad bin Husien Al-Baidhawi.
 Al-Habib Abdullah bin Abdurrahman Ibn Syekh Abu Bakar bin Salim, pendiri Rubath Syihir.
 Al-Habib Husien Al-Haddar, ulama besar kelahiran Indonesia dan meninggal di Mukalla Hadramaut.
 Al-Habib Muhammad bin Salim Bin Hafizd Ibn Syekh Abu Bakar bin Salim, pengarang dari berbagai kitab figh dan faraid ayah dari Al-Habib Ali Masyhur bin Hafizd dan Al-Habib Umar bin Hafizd pendiri ma’had Dar Al-Musthafa Tarim Hadramaut.
 Al-Habib Al-Wara’ As-Shufi Ahmad bin Umar As-Syatiri, pengarang kitab Yakutun nafis, Nailurraja’ syarah Safinatun naja’ dan sebagainya.
 Al-Habib Muhammad bin Ahmad As-Syatiri, pengarang kitab Syarah yakutun nafis, Mandzuma Al-Yawaqit fifanni Al-Mawaqit (ilmu falaq), kitab Al-Fhatawa Al-Muassyirah dan sebagainya.
 Al-Allamah Syekh Muhammad bin Salim Al-Baihani, pendiri ma’had Al’ilmi, Aden.
 Al-Allamah Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi, Jakarta, Indonesia.
 Al-Wajih An-Nabil Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Balfaqih (wafat tahun 1381 H), pengasuh ma’had Darul Hadist Al-Faqihiyyah, Malang, Indonesia.
 Al-Faqih An-Nabil pejabat qadhi as-syar’i Banjarmasin Syekh Ahmad Said Ba Abdah.
 Habib Abdullah Al-Kaff, Tegal, Indonesia.
 Habib Ahmad bin Ali Al-Attash, pekalongan.
 Habib Abdurrahman bin Syekh Al-Attash, Jakarata.
 Habib Abdullah Syami Al-Attash, Jakarta.
 Syekh Al-Allamah Umar Khatib, Singapura.
 Habib ‘Awad Ba ’Alawi, sesepuh ulama singapura.
 Syekh Abdurrahman bin Yahya, qadhi Kelantan, Malaysia.
 Sayyid Al-Muhafizd Al-Majid Al-Adib Hamid bin Muhammad bin Salim bin Alwi As-Sirri, pengajar di Rubath Tarim dan Jam’iyatul Al-Haq di kota yang sama, kemudian pindah dan mengajar di Malang, Indonesia.
 Habib Alwi bin Thohir Al-Haddad, Mufti Johor, Malaysia.

Dan banyak lagi para ulama yang telah belajar di Rubath Tarim ini, yang tak mungkin disebutkan nama nama mereka yang mencapai ribuan. Habib Alwi bin Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar di Indonesia, berujar:”…tak kutemukan satu daerah atau pulau di Indonesia yang saya masuki, kecuali saya dapati orang orang yang menyebarkan ilmu disana adalah alumni Rubath Tarim ini atau orang yang belajar kepada orang yang telah belajar disini…”.

Habib Musthafa bin Ahmad Al-Muhdar menulis pada sebagian surat beliau kepada ahli Tarim:”….Ilmu As-Syatiri (Habib Abdullah bin Umar As-Syatiri) teruji dengan penyebarannya menyebar kesegala penjuru, dari daerah yang satu kedaerah yang lain, menyebar ke Hindia, China, negara-negara Arab, Somalia, Malabar, dan sebagainya….”.

Sayyid Muhammad bin Salim bin Hafizd menambahkan:”…..(Habib Abdullah As-Syatiri) berhak mengatakan jika beliau mau sebagaimana yang dikatakan Imam Abi Ishaq As-Syairozi tatkala memasuki Khurasan,”tak aku dapati disatu kota pun dari kota-kota disana, Qadhi atau Alim kecuali dia adalah muridku atau murid dari muridku……..”

Demikian lah sekelumit sejarah Rubath Tarim yang panjang dan agung, yang telah belajar disana beribu-ribu ulama, al-allamah, faqih, mufti, qadhi, syair bahkan para aulia Allah SWT. Dan saat ini Rubath Tarim telah memasuki usia yang ke-121 tahun, ratusan pelajar dari Yaman, Indonesia, Malaysia, Singapura, Tanzania, Afrika, dan sebagainya tengah menimba ilmu di sana, di bawah asuhan Al-Allamah Habib Salim bin Abdullah As-Syatiri.

Allahumma ya Man waffaqa ahla khoir li khoiri wa a’annahum ‘alaihi, waffiqna lil khoiri wa a’innaa ‘alaihi, Amin.