Majelis Ta’lim Darul Abidin, asuhan Habib Muhammad bin Salim Alkaf, menyelenggarakan peringatan Maulid dan haul para gurunya. Meriah dan semarak, dihadiri ribuan umat Islam di Makassar.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sangat mencintai umatnya. “Nabi tidak rela satupun umatnya jatuh ke dalam api neraka,” demikian dituturkan Syaikh Soleh Muhammad Basalamah dalam majelis peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sekaligus haul Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah dan Habib Hasan bin Ahmad Baharun Pasuruan, di Majelis Darul Abidin Jalan Lamputan 4, kota Makassar, Jum’at malam (15/4).
Majelis Ta’lim Darul Abidin diasuh oleh Habib Muhammad bin Salim Al-Kaf, asal Surabaya. Dia adalah murid Habib Hasan bin Ahmad Baharun dan Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Majelis ini sudah lima tahun berkiprah di kota Makassar dan mendapat banyak sambutan positif dari kalangan habaib, muhibbin, dan umat Islam di Makassar.
Di sana juga ada grup hadhrah yang dikelola perantau asal Tegal dan Brebes, yang dikoordinir oleh Lukmanul Hakim.
Para perantau asal Pantura, Jawa Tengah, yang banyak menjadi penjual nasi goreng, martabak, dan donat di pinggir jalan, ikut berkiprah dan sekaligus menjadikan suasana lebih semarak.
Sedang acara peringatan Maulid yang disertai dengan haul guru-guru mereka merupakan acara tahunan yang diselenggarakan dan dihadiri para habib dan ulama dari Jawa. Tahun ini dihadiri Syaikh Soleh Basalamah dari Brebes dan Habib Sholeh bin Ahmad Al-Habsyi dari Jakarta.
Ribuan jama’ah menghadiri acara, sehingga meluber hingga ke Jalan Andalas.
Ribuan jama’ah menghadiri acara, sehingga meluber hingga ke Jalan Andalas.
Tak akan Menyakiti Umat NabiSyaikh Soleh Basalamah berkisah, Nabi Ibrahim menyerahkan umatnya yang membangkang kepada keadilan Allah Subhanahu wa Ta’ala – QS Yunus (19): 18. Nabi Isa juga menyerahkan umatnya yang tidak berima kepada keadilan Allah. Sementara Nabi Muhammad SAW, “Karena cintanya kepada umatnya, tidak rela satu pun umatnya masuk neraka,” ujar pengasuh PP Darussalam Brebes, Jawa Tengah, ini.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman menceritakan perkataan Nabi Isa Alaihis Salam, “Jika Engkau menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” – QS Al-Maidah (5): 118.
Sementara Nabi Muhammad SAW, bahkan ketika beliau akan wafat, masih menadahkan kedua tangannya ke langit sambil menangis seraya berdoa, “(Ya Allah), umatku, umatku, umatku....”
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Hai Jibril, pergilah kepada Muhammad (Tuhanmu Maha Mengetahui) dan tanyakan kepadanya, apa yang membuatnya menangis.”
Jibril mendatangi Nabi dan menanyakannya. Rasulullah memberitahukannya (dan Dia lebih mengetahui) bahwa beliau sangat menyayangi umatnya.
Allah berfirman, “Hai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakan kepadanya, ‘Sesungguhnya Kami akan meridhaimu dalam urusan umatmu dan tidak akan menyakitinya’.”
Di dalam riwayat Imam Ahmad, Nabi Muhammad SAW membaca ayat ini – Al-Maidah (5): 118. Sampai beliai ruku’ dan sujud, masih juga membacanya.
Kemudian, Abu Dzar menanyakan hal itu kepada Nabi.
Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku memohon syafa’at kepada Tuhanku, dan Dia memberikannya kepadaku, insya Allah syafa’at itu akan diterima oleh orang yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah.”
Dipertanyakan oleh Syaikh Soleh Basalamah, yang juga murid Al-Maghfurlah Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki, mengapa kita begitu bersemangat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Pertanya itu dijawab, karena merupakan bukti bawah kita mencintai Nabi, yang cinta beliau kepada umatnya melebihi cinta kita kepada beliau. Dengan peringatan ini kita selalu diingatkan bahwa kita harus mencintai nabi kita sebagaimana nabi kita sangat mencintai kita.
Mencintai Nabi Muhammad SAW, ditunjukkan Syaikh Soleh Basalamah, adalah dengan mematuhi apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarangnya, meneladani semua aqidah dan ibadahnya, termasuk antara lain menjawab dengan shalawat jika disebut nama Nabi.
Sementara Habib Sholeh bin Ahmad Al-Habsyi dalam taushiyahnya menekankan, kita harus mencintai para ulama, sebagai pewaris para nabi, termasuk Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki dan Habib Hasan bin Ahmad Baharun. Mencintai ulama dalam arti meneladani apa yang telah dilakukannya kepada kita semua.
“Kedua ulama ini adalah orang-orang mulia yang banyak mendidik santri dengan akhlaq yang mulia serta ilmu yang bermanfaat. Salah seorang yang mendapatkan manfaat dan berkah mereka adalah saya, saya adalah murid Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki di Makkah,” kata habib yang menjadi salah satu santri pertama Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki itu.